Selasa, 31 Januari 2012

BERGERAK ITU BERKAH


Ibnul Qoyyim rahimatulullah pernah berkata, ''Suatu keuntungan, kebaikan, kenikmatan, kesempurnaan, semuanya tak akan diperoleh, kecuali dengan merasakan kesulitan.'' Menurutnya, semua itu tak bisa dicapai kecuali melewati jembatan keletihan. Semua orang cerdik pandai sepakat bahwa kenikmatan tidak didapati melalui kenikmatan. Dan bahwa orang yang lebih mengutamakan istirahat, kelak akan kehilangan istirahat.

Ia melanjutkan, ''Dan bahwa kebahagiaan dan kenikmatan itu tergantung sejauh mana seseorang melewati kengerian dan memikul beban dalam memperolehnya. Tak ada kebahagiaan bagi orang yang tak memiliki obsesi untuk bahagia. Tak ada kelezatan bagi orang yang tak bersabar memperolehnya. Tak ada kenikmatan bagi orang yang tidak mau berkorban untuk kenikmatan, tidak ada istirahat bagi orang yang tak mau berletih-letih untuk istirahat.''

Maka, berjuang dan perjuangkanlah untuk menggapai apa yang ingin kau capai.Uuntuk meraih apa yang ingin kau raih, maka teruslah bergerak. Bergerak dengan perlahan namun pasti. Bersabar dan terus tegar. “Wajib bagi seseorang yang cerdas untuk berusaha menggapai puncak yang bisa ia capai. Andaikata anak adam bisa membayangkan bahwa ia sanggup ke langit maka anda akan melihat bahwa diamnya ia di bumi adalah perkara yang sangat dibenci,” ucap Ibnu Jauzi.

Bergeraklah…
Alam mengajarkan kita untuk senantiasa bergerak agar tercipta sebuah kesempurnaan sebagaimana fungsinya ia diciptakan. Sebagaimana air, apabila ia terus tergenang dalam sebuah wadah, maka ia akan jauh dari sebuah nilai kebermanfaatan dan kenikmatan, karena menimbulkan beragam jentik-jentik penyakit di dalamnya.

"Menjadi ada adalah karunia, sebab kita tidak dapat mengadakan diri kita sendiri. Tapi menjadi ada saja tidaklah cukup, kita ada karena diperintahkan untuk memiliki makna,” kata Ahmad Zairofi.

Begitulah hakikat sebuah kebermaknaan dalam penciptaan, untuk terus bergerak menghadirkan kebermanfaatan dan perubahan.  Sebagaimana bumi dan matahari yang tak pernah malas untuk bergerak. ia terus berputar pada porosnya sehingga tercipta keseimbangan dalam alam galaksi bima sakti. “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya…”(QS.36:38).

Sebagaimana pula dalam sebuah siklus hidrologi, uap air pun terus bergerak. “Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya…” (QS.24 : 43).

Bergerak adalah Keberkahan...
Mukmin yang cerdas adalah yang senantiasa mampu mengendalikan diri dan menata dirinya untuk hari esok. Sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah saw pada salah satu hadis, bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Jika hari ini sama dengan hari kemarin, maka kita termasuk dalam golongan orang-orang yang merugi.

Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS.Al Hasyr:18).
Bagaimana mungkin kita mampu menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat jika enggan untuk bergerak? 

Maka,
Teruslah bergerak, untuk menghasilkan sebuah kebermaknaan dalam penciptaan.

MEMPERBANYAK SUJUD


Dikisahkan oleh Rabiah bin Ka’ab al-Aslami, bahwa pada suatu malam ia pernah menyediakan seember air wudhu dan keperluan-keperluan lain yang dibutuhkan Rasulullah SAW. Melihat kebaikan yang dilakukan oleh Rabiah, Rasulullah berkata kepadanya, “Mintalah sesuatu dariku, wahai Rabiah.”
Rabiah pun menyebutkan permintaannya. “Wahai Rasulullah, aku minta agar Allah menjadikanku sebagai pendampingmu di surga kelak.” Rasulullah bertanya lagi, “Apakah tak ada permintaan selain itu?”
“Tidak ada, wahai Baginda Nabi. Hanya itu yang ingin aku minta darimu,” jawab Rabiah. “Jika demikian, maka jagalah dirimu untuk memperbanyak sujud.” (HR Muslim).
Sujud pada hakikatnya bukanlah sekadar gerakan dan ritual yang ada dalam shalat. Lebih dari itu, sujud adalah salah satu bentuk kepasrahan secara total dengan merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan keagungan Allah yang Mahakuasa. Sujud merupakan bentuk pengharapan rida dan cinta dari Zat Yang Maha Melihat, serta bentuk syukur atas beragam nikmat Allah, dan kecemasan dari azab Allah yang Mahadahsyat.
Sujud ialah bukti keimanan seorang Mukmin. “Sesungguhnya orang yang benar-benar beriman kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu, mereka segera bersujud seraya bertasbih memuji Rabbnya dan mereka tidak menyombongkan diri.” (QS al-Sajdah [32]: 15).
Selain itu, sujud juga merupakan bukti nikmat dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. “Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dari keturunan Ibrahim dan Israil (Ya’qub), dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (QS Maryam [19]: 58).
Sujud juga momen paling intim antara seorang hamba dengan Tuhannya. “Sesungguhnya saat yang paling dekat antara seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika ia sedang bersujud.” (HR Muslim). Karena sujudlah, seorang manusia mendapat predikat Ibadurrahman, hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang, dan dijamin masuk surga. “Dan Ibadurrahman (hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang) ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan, mereka adalah orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (QS al-Furqan [25]: 63-64).
Dengan sujud pula Allah mengangkat derajat para sahabat Rasul dan menjadikan mereka sebagai golongan paling mulia dalam sejarah umat manusia. “Muhammad itu adalah utusan Allah. Dan, orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang dengan sesama mereka. Kamu melihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.” (QS al-Fath [48]: 39). Wallahu a’lam.