Kalangan ulama membedakan tiga bagian kesabaran, yaitu sabar dalam melakukan ketaatan, sabar dalam menjauhi kemaksiatan, dan sabar dalam menerima cobaan.
Sabar dalam melaksanakan ketaatan itu biasa, dan bisa dilakukan semua orang, termasuk orang-orang awam. Melaksanakan shalat lima waktu salah satu sujud kesabaran. Tanpa kesabaran tidak mungkin shalat lima waktu dapat dilaksanakan secara utuh, telaten, dan konsisten.
Sabar menjauhi maksiat oleh banyak orang dirasakan lebih berat. Bersabar untuk tidak melakukan maksiat dalam keadaan diri sedang normal, ada keinginan, ada kesempatan dan peluang, dan ada jaminan rasa aman dari segala segi, lantas menolak melakukan maksiat itu, maka termasuk amal istimewa.
Kesabarannya sudah melampaui rata-rata kesabaran orang banyak. Itulah sebabnya orang seperti ini mendapatkan janji (reward) dari Allah SWT berupa tempat peristirahatan di bawah naungan Arsy di Padang Makhsyar mengerikan itu.
Sabar dalam menjalani musibah, terutama musibah yang bersifat permanen seperti penyakit kronis, cacat seumur hidup, baik melanda dirinya ataupun anggota keluarga terdekatnya, lantas tetap ia bersabar dan tak bergeming sedikit pun. Ia menerima secara sukarela musibah itu dengan penuh keridhaan terhadap Allah SWT, maka orang ini disebut mashabir.
Jenis-jenis kesabaran juga ditemukan pembagian lebih rigid, yaitu sabar untuk Allah SWT (al-shabr li Allah), sabar terhadap Allah (al-shabr fi Allah), sabar bersama Allah (al-shabr ma’a Allah), sabar berjauhan dengan Allah (al-shabr ‘an Allah), dan sabar dengan Allah (al-shabr bi Allah).
Ada lagi yang membedakan antara al-shabr fihi yang merupakan hak Allah; al-shabr bih, yang merasakan kebaqaan dan kefanaan di dalam dirinya; al-shabr ma’ahu yaitu yang sudah merasakan dirinya sudah seperti mayat; dan al-shabr ‘anhu, yaitu orang yang merasakan dirinya bagaikan sesuatu yang hanyut di sungai, pasrah ke mana pun sungai itu akan membawanya. Dalam buku-buku tasawuf perbedaan ini dijelaskan secara rigid dan rinci. Bagi orang awam membayangkan perbedaan istilah ini saja sulit.
Pada tingkat manapun, kita semua sudah harus memulai menapaki apa yang disebut dengan al shabr. Orang tidak akan mungkin sampai ke puncak pencarian tanpa menjalani kesabaran. Dari artikel ini kita bisa mengukur diri kita, sesungguhnya kita berada di derajat kesabaran yang mana. Yang jelas kita harus bisa memulai menjalani latihan kesabaran dari sekarang.
Janji Tuhan bagi orang yang sabar ialah innallah ma’as shabirin (sesungguhnya Allah selalu bersama orang-orang yang sabar). Kesabaran mengundang keajaiban. Orang yang tidak memiliki kesabaran tidak akan merasakan keajaiban hidup. Dan orang seperti ini, siapa pun dia, hidupnya pasti gersang, kering, dan hambar. Wallahua’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar