Banyak contoh alam membangkang kepada manusia sebagaimana diperlihatkan di dalam kisah-kisah umat terdahulu di dalam Alquran.
Umat
Nuh yang keras kepala (QS. 53: 52) ditimpa bencana banjir (QS. 11: 40).
Umat Syu’aib yang korup (QS. 7: 85, 11: 84-85) ditimpa gempa mematikan
(QS 11: 94).
Umat Saleh yang hedonistik (QS. 26: 146-149) ditimpa
keganasan virus dan gempa bumi (QS. 11: 67-68). Umat Luth yang dilanda
penyimpangan seksual (QS. 11: 78-79) ditimpa gempa dahsyat (QS. 11: 82).
Penguasa Yaman, Raja Abrahah, yang ambisius ingin mengambil alih Ka’bah
dihancurkan oleh burung/virus (QS. 105: 1-5).
Hujan tadinya
menjadi sumber air bersih dan pembawa rahmat (QS. 6: 99), tiba-tiba
menjadi sumber malapetaka. Banjir memusnahkan areal kehidupan manusia
(QS. 2: 59). Gunung-gunung tadinya sebagai patok bumi (QS. 30: 7)
tiba-tiba memuntahkan lahar panas dan gas beracun (QS. 77: 10).
Angin
yang tadinya berfungsi dalam proses penyerbukan tumbuh-tumbuhan (QS.
18: 45) dan mendistribusikan awan (QS. 2: 164) tiba-tiba tampil ganas
meluluhlantakkan segala sesuatu yang dilewatinya (QS. 41: 16). Lautan
tadinya jinak melayani mobilitas manusia (QS. 22: 65) tiba-tiba mengamuk
dan menggulung apa saja yang dilaluinya (QS. 81: 6).
Tadinya,
malam membawa kesejukan dan ketenangan (QS. 27: 86) tiba-tiba
menampilkan ketakutan yang mencekam dan mematikan (QS. 11: 81). Siang
tadinya menjadi hari-hari menjanjikan (QS. 73: 7) seketika berubah
menjadi hari-hari menyesakkan dan menyedot energi positif (QS. 46: 35).
Kilat
dan guntur sebelumnya menjalankan fungsi positifnya dalam proses
nitrifikasi untuk kehidupan makhluk biologis di bumi (QS. 13: 12)
tiba-tiba menonjolkan fungsi negatifnya, menetaskan larva-larva (telur
hama) betina, yang memusnahkan berbagai tanaman para petani (QS. 13:
12).
Disparitas flora dan fauna tadinya tumbuh seimbang mengikuti
hukum-hukum ekosistem (QS. 13: 4) tiba-tiba berkembang menyalahi
pertumbuhan deret ukur kebutuhan manusia sehingga kesulitan memenuhi
komposisi kebutuhan karbohidrat dan proteinnya secara seimbang (QS. 7:
132).
Manakala manusia kehilangan jati dirinya sebagai insan
kamil, pertanda berbagai krisis akan muncul. Sebaliknya, selama masih
ditemukan kualitas insan kamil di muka bumi, sepanjang itu kiamat belum
akan terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar