“Sesungguhnya, hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka TANPA BATAS.” (QS. Az-Zumar: 10)
Mencoba kembali memaknai arti satu kata ini, sabar. Suatu sikap yang seharusnya semakin matang terinstall dalam diri ini. Memang, jika ingin lebih memahami arti kata ini, maka bertanyalah pada orang yang tepat, yaitu orang yang paling banyak mengalami ujian kesabaran. Ia yang mendapati ujian dari kecil, ketika ditinggal ayah bunda selamanya, pun saat menerima beban risalah, ditinggal paman pelindung setia dan istri tercinta, serta sederet ujian tingkat tinggi lainnya, mencoba belajar darimu, Muhammad SAW tentang makna sabar. Ajarilah aku.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, dia berkata, suatu ketika Rasulullah melintas di dekat seorang wanita yang sedang menangis di atas sebuah makam. Beliau bersabda, “bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah”. Namun, tiba-tiba wanita itu menyergah, “menjauhlah kau dariku! Karena kau tidak pernah mengalami dan merasakan musibah seperti yang menimpaku ini.” Setelah rasul pergi, seseorang memberi tahu wanita itu bahwa yang berbicara dengannya adalah Rasulullah. Wanita itu lalu mendatangi Rasulullah dan berkata, “sekarang aku baru mengenalmu”. Rasul menukas, “sesungguhnya kesabaran adalah pada hantaman pertama”. (HR. Bukhari Muslim)
Banyak sekali kisah dalam kehidupan sekitar kita yang sebenarnya sangat erat dengan kesabaran, karena dimensi sabar yang memang sangat luas. Bukan hanya dalam menghadapi musibah, namun dalam melaksanakan ketaatan, memerangi kemungkaran dan menjauhi kemaksiatan diperlukan sikap tak ternilai ini.
Misalnya saja, pernah suatu ketika dalam suatu organisasi dakwah, karena beban yang dirasa amat berat, banyaknya tuntutan dan tekanan yang dirasa, si x akhirnya memutuskan untuk meminta mengundurkan diri dari organisasi tersebut. Tapi setelah memikirkan lebih jauh, keputusan tersebut pun akhirnya harus ditarik kembali. Suatu keputusan yang amat disesalinya, ketika pernah menyampaikan keinginannya untuk meninggalkan amanahnya didakwah kepada orang lain.
Ada pula cerita, dalam suatu rapat, si y merasa ide dan gagasannya tidak diterima dalam rapat tersebut, akhirnya terucapkanlah kata, “silakan Antum saja yang menjalankan, Antum lebih tahu tentang hal ini, Ana memang tidak tahu apa-apa”. Tentu saja sambil diikuti warna muka yang tidak menyenangkan. IA jatuh di hantaman pertamanya. Dan seperti yang biasa kita lihat, ujung dari hal-hal seperti ini adalah penyesalan. Penyesalan terhadap diri sendiri yang masih belum bisa bersabar.
Lain lagi cerita si z, sudah tak sanggup dia menahan perasaan suka yang dimilikinya terhadap si y, akhirnya disampaikanlah apa yang dirasakannya itu kepada si y, padahal belum ada kesiapan yang dimiliki oleh si z untuk menikahi si y. pun, setelah menyampaikan perasaannya tersebut, yang tersisa adalah penyesalan, penyesalan karena belum mampu bersabar dalam menghadapi perasaannya yang masih labil. Satu lagi KO di hantaman pertama.
Serta ada berjuta permisalan lain yang ada di sekitar kita. Tanda-tanda sangat mudah dilihat, dari warna wajah, kata-kata yang keluar dari mulut serta bahasa tubuh atau sikap tak mengenakkan lain yang sejenis. Suatu sikap yang pada awalnya TERASA BENAR DAN SESUAI namun jika direnungkan lebih jauh lebih banyak menimbulkan penyesalan.
Dan sepertinya kita semua sepakat, jika pertanda orang sabar, adalah ketenangan. Ketenangan yang timbul dari suatu keyakinan, bahwa segalanya adalah bagian dari ketetapanNya, yang diyakini penuh kebaikan dan sarat pembelajaran kebijaksanaan. Sungguh benar perkataanmu baginda rasul, kesabaran adalah pada hantaman pertama. Dan aku berjanji, tak akan lagi ku mudah jatuh pada hantaman pertama itu.
“Hidup yang dituntun dengan kesabaran akan menjadikan kehidupan selalu berjalan di atas nurani yang dipenuhi berkah dan akan berakhir dengan surga yang kekal. Kesabaran akan terasa pahit di awalnya layaknya sebuah obat, tetapi hasil yang didapat kemudian adalah rasa manis yang takkan ada habisnya”.
“Rasa berat terjadi saat suatu hal yang membuat diri terasa berat itu datang menghantam, karena semua bentuk perubahan dari satu kondisi ke kondisi yang lain, apalagi hal yang menyakitkan, selalu menyebabkan perubahan psikis di dalam jiwa manusia. Selanjutnya, hal yang datang itu pasti akan terasa lebih ringan, bahkan terlupakan karena situasi dan kondisi yang datang setelahnya.”
“Rasa berat terjadi saat suatu hal yang membuat diri terasa berat itu datang menghantam, karena semua bentuk perubahan dari satu kondisi ke kondisi yang lain, apalagi hal yang menyakitkan, selalu menyebabkan perubahan psikis di dalam jiwa manusia. Selanjutnya, hal yang datang itu pasti akan terasa lebih ringan, bahkan terlupakan karena situasi dan kondisi yang datang setelahnya.”
“Setiap kondisi dan situasi buruk mempunyai daya hantam yang berbeda, ketika seseorang berhasil melewati hantaman terkuat dari sebuah situasi buruk dia pasti akan berhasil mengubah musibah menjadi rahmat, sakit menjadi nikmat dan kegelisahan menjadi ketenangan. Bahkan orang yang sudah mencapai tingkat ini, segala bentuk penderitaan akan berubah dengan sendirinya menjadi ketenangan. Tentu saja, keterampilan batin seperti ini hanya dapat dicapai setelah orang tersebut piawai melewati hantaman pertama dari segala hal buruk yang menimpanya dengan kegemilangan”.
(Fethullah Gullen dalam penjelasan tentang kesabaran rasul Muhammad SAW)
Jika SABAR adalah GOLOK PEMBUNUH NAGA maka SYUKUR adalah PEDANG LANGITNYA.
Dan jika kau berhasil memiliki keduanya, bersiaplah memiliki jurus tersakti di jagat raya.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/06/21349/ko-pada-hantaman-pertama/#ixzz1z9FEpNpv
Tidak ada komentar:
Posting Komentar