Kaum muslimin,
Assalamu alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh
Seiring dengan kesadaran umat akan bahaya riba, masyarakat mulai skeptis dengan sistem perekonomian yang berjalan saat ini. Berbagai polemik tentang konsep dan sistem perekonomian islam mulai banyak ditawarkan. Bahkan sebagian kalangan mengusulkan penggantian mata uang.
Ya, itulah gerakan yang saat ini sedang menggencarkan penerapan dinar-dirham. Carut marut sistem ekonomi masyarakat saat ini, hanya dapat diselesaikan dengan menerapkan mata uang dinar-dirham sebagai alat tukar di semua lapisan masyarakat. Karena nilai intrinsiknya yang relatif stabil, mata uang ini relatif lebih tahan terhadap goncangan inflasi. Bahkan kehidupan ini tidak akan bisa lepas dari riba, selama alat tukar yang digunakan di masyarakat adalah mata uang kertas. Bahkan uang kertas itulah sejatinya biang inflasi.
Benarkah klaim ini? Mari kita simak artikel tentang konsep mata uang berikut:
Uang Kertas Biang Krisis Ekonomi?
Saat ini, umat manusia di belahan dunia manapun terus dihantui oleh makhluk mengerikan yang sebut dengan inflasi. Harga-harga kebutuhan masyarakat terus menerus meningkat dan di saat yang sama nilai tukar mata uang mereka tiada hentinya melemah. Kondisi ini tentu merusak kemakmuran hidup masyarakat, terlebih bila berkepanjangan.
Riset dan diskusi telah banyak dilakukan oleh para pakar ekonomi, dan mereka juga telah banyak mengusulkan solusi guna mengatasi kondisi ini. Walau demikian, hingga saat ini ekonomi masyarakat dunia terus memburuk akibat inflasi.
Mengapa Terjadi Inflasi?
Ditinjau dari penyebabnya, inflasi bisa terjadi karena beberapa hal, diantaranya:
Pertama, banjir uang yang merupakan alat transaksi di pasar sehingga mengakibatkan permintaan terhadap barang meningkat. Dan sebagai dampak logisnya nilai tukar uang terus merosot dan turun.
Banyak faktor yang mengawali terjadinya banjir likuiditas, diantaranya ialah lemahnya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang. Sebagaimana spekulasi para pelaku ekonomi di sektor industri keuangan juga turut menyebabkan terjadinya ledakan jumlah uang di pasar.
Kedua, faktor lain yang mendorong timbulnya inflasi ialah terjadinya kelangkaan barang di saat permintaan relatif stabil atau bahkan meningkat. Kesenjangan antara penawaran dan permintaan ini dapat memicu kenaikan harga, sebagai konsekuensi logis dari hukum permintaan-penawaran.
Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal, semisal bencana alam, kelangkaan bahan baku, aksi penimbunan dan lainnya. Sebagaimana faktor kelancaran distribusi juga mempengaruhi tercapainya keseimbangan antara penawaran dan permintaan.
Mungkinkah Nilai Tukar Dinar-Dirham Melemah?
Bila anda cermati, adanya kenaikan harga suatu barang atau mayoritas barang, bukanlah fenomena yang aneh. Harga barang dipengaruhi oleh perbandingan jumlah permintaan dan penawaran yang tidak sebanding. Di saat stok barang menipis, maka secara alami harga barang naik, dan sebaliknya di kala stok barang melimpah maka nilai jualnya merosot. Hanya saja yang tidak wajar adalah bila naiknya harga barang berkepanjangan, sehingga menimbulkan keresahan.
Dalam sejarah Islam, kondisi semacam ini biasanya terjadi karena paceklik atau peperangan yang berkepanjangan. Akibatnya produksi barang kebutuhan masyarakat terhambat sedangkan kebutuhan mereka seringnya tidak dapat ditunda. Sebagai dampak langsung dari kondisi ini, nilai tukar uang melemah dan stabilitas ekonomi terganggu.
Imam Ibnu Katsir mengisahkan bahwa pada tahun 434 H, terjadi paceklik dan wabah penyakit di kota Baghdad. Saking parahnya, sampai-sampai masyarakat setempat memakan bangkai, kucing, dan anjing. Bahkan demi mempertahankan hidup banyak orang yang rela mejual tanah dan rumahnya dengan beberapa potong roti. (Al-Bidayah Wa An-Nihayah, 11/211)
Kemudian, pada tahun 462 H terjadi hal serupa di negeri Mesir, sampai-sampai seekor anjing dijual seharga 5 dinar. (Al-Bidayah Wa An Nihayah 12/99)
Dua fakta sejarah di atas merupakan bukti nyata bahwa kenaikan harga barang dan hancurnya daya beli mata uang, dapat saja terjadi pada mata uang dinar dan dirham. Hanya saja biang terjadinya kondisi semacam ini biasanya adalah faktor-faktor diluar kuasa manusia, sehingga bila kondisi telah kembali normal maka nilai tukar dinar dan dirham turut kembali normal.
Walau demikian, bukan berarti dinar dan dirham benar-benar terbebas dari pengaruh kenakalan sebagian pedagang.
Penimbunan barang atau monopoli suatu kebutuhan masyarakat, dapat saja menjadikan harga barang membumbung tinggi dan nilai tukar mata uang melemah. Wajar bila dalam syari’at islam, praktek monopoli atau penimbunan barang dengan tujuan menjadikan stok barang menjadi langka di pasaran adalah perbuatan yang terlarang.
"Barang siapa menimbun barang, maka ia telah berbuat kesalahan (dosa)." (HR. Muslim)
Sebagaimana praktek perdagangan dinar dan dirham yang tidak mengindahkan kaedah syariat, tentu saja dapat memicu terjadinya riba dan inflasi. Islam telah menentukan bahwa pertukaran mata uang harus dilakukan setaca tunai sehingga terjadi serah terima fisik secara utuh tanpa ada yang tertunda sedikitpun. Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Emas ditukar dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya'ir (salah satu jenis gandum) dengan sya'ir, korma dengan korma, dan garam dengan garam, harus sama dalam (takaran/timbangan) dan (dibayar dengan) kontan. Barang siapa yang menambah atau meminta tambahan maka ia telah berbuat riba. Dosa penerima dan pemberi tambahan sama besarnya." (HR. Muslim)
Beda Inflasi Dinar & Inflasi Uang Kertas
Walaupun uang dinar dan kertas sama-sama bisa mengalami penurunan nilai tukar, namun terdapat tiga perbedaan mendasar antara penurunan keduanya.
1) Nilai tukar uang dinar berasas pada bahan bakunya, sehingga nilai tukarnya bersifat permanen dan kokoh. Fakta ini menjadikan dinar jauh dari pengaruh opini pelaku pasar yang bisa saja benar dan bisa juga tidak. Dengan demikian nilai tukar dinar sulit untuk dipermainkan oleh para spekulan sektor industri keuangan. Berbeda dengan nilai tukar uang kertas yang terletak pada kepercayaan masyarakat. Para spekulan industri keuangan lebih leluasa untuk merekayasa kondisi tertentu yang dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap nilai tukar suatu mata uang.
2) Pedagang dapat saja melakukan beberapa ulah nakal -misalnya dengan menimbun barang- sehingga menjadikan harga suatu kebutuhan masyarakat menjadi mahal. Walau demikian, dampak dari penimbunan itu hanya terjadi dalam skala sempit. Adapun nilai tukar dinar atau nilai jual barang lain tetap stabil. Karena itu terbukti harga jual emas sepanjang sejarah seakan tidak pernah berubah. Kalaupun terjadi perubahan, maka sejatinya perubahan itu terjadi pada nilai jual mata uang kertas yang anda gunakan untuk membeli emas.
3) Ruang perdagangan mata uang dinar lebih sempit, terlebih bila dinar menjadi mata uang global. Dengan demikian, ruang gerak para spekulan yang hobi mengambil keuntungan pribadi benar-benar terbatas.
Karena itu, ketika krisis ekonomi global melanda mayoritas negara, para pakar ekonomi, mengusulkan adanya satu mata uang global yang diterima di seluruh negara. Tentu yang paling tepat menjadi mata uang global ialah dinar atau dirham.
Semoga paparan singkat di atas, dapat membuka sudut pandang anda tentang syari'at islam dalam hal keuangan. Islam lebih menekankah pada metode dan bukan pada bahan baku, bentuk atau hal-hal serupa lainnya. Karena itu, hadits yang saya sebutkan di atas dengan gamblang menggambarkan bahwa praktek riba bisa saja terjadi pada mata uang dinar dan dirham. Ini bukti nyata bahwa biang utama permasalahan keuangan terletak pada metode dan perilaku masyarakat dan bukan pada fisik mata uang atau bahan bakunya. Wallahu Ta'ala a'alam bis shawaab. (Sinopsis artikel "Uang Kertas Penyebab Krisis", Majalah Pengusaha Muslim edisi 28)
--------
Keterangan yang baru saja Anda simak adalah sinopsis dari artikel yang ditulis oleh Dr. Muhammad Arifin Baderi. Artikel ini telah dimuat di majalah Pengusaha Muslim edisi 28, yang secara khusus mengupas tentang konsep mata uang dalam islam.
Bagi Anda yang ingin mendapatkan wawasan lebih lengkap tentang konsep mata uang, bisa mendapatkan e-magazine edisi ini di: http://shop.pengusahamuslim.com
Terima kasih...
Semoga bermanfaat...
Assalamu alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh
Seiring dengan kesadaran umat akan bahaya riba, masyarakat mulai skeptis dengan sistem perekonomian yang berjalan saat ini. Berbagai polemik tentang konsep dan sistem perekonomian islam mulai banyak ditawarkan. Bahkan sebagian kalangan mengusulkan penggantian mata uang.
Ya, itulah gerakan yang saat ini sedang menggencarkan penerapan dinar-dirham. Carut marut sistem ekonomi masyarakat saat ini, hanya dapat diselesaikan dengan menerapkan mata uang dinar-dirham sebagai alat tukar di semua lapisan masyarakat. Karena nilai intrinsiknya yang relatif stabil, mata uang ini relatif lebih tahan terhadap goncangan inflasi. Bahkan kehidupan ini tidak akan bisa lepas dari riba, selama alat tukar yang digunakan di masyarakat adalah mata uang kertas. Bahkan uang kertas itulah sejatinya biang inflasi.
Benarkah klaim ini? Mari kita simak artikel tentang konsep mata uang berikut:
Uang Kertas Biang Krisis Ekonomi?
Saat ini, umat manusia di belahan dunia manapun terus dihantui oleh makhluk mengerikan yang sebut dengan inflasi. Harga-harga kebutuhan masyarakat terus menerus meningkat dan di saat yang sama nilai tukar mata uang mereka tiada hentinya melemah. Kondisi ini tentu merusak kemakmuran hidup masyarakat, terlebih bila berkepanjangan.
Riset dan diskusi telah banyak dilakukan oleh para pakar ekonomi, dan mereka juga telah banyak mengusulkan solusi guna mengatasi kondisi ini. Walau demikian, hingga saat ini ekonomi masyarakat dunia terus memburuk akibat inflasi.
Mengapa Terjadi Inflasi?
Ditinjau dari penyebabnya, inflasi bisa terjadi karena beberapa hal, diantaranya:
Pertama, banjir uang yang merupakan alat transaksi di pasar sehingga mengakibatkan permintaan terhadap barang meningkat. Dan sebagai dampak logisnya nilai tukar uang terus merosot dan turun.
Banyak faktor yang mengawali terjadinya banjir likuiditas, diantaranya ialah lemahnya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang. Sebagaimana spekulasi para pelaku ekonomi di sektor industri keuangan juga turut menyebabkan terjadinya ledakan jumlah uang di pasar.
Kedua, faktor lain yang mendorong timbulnya inflasi ialah terjadinya kelangkaan barang di saat permintaan relatif stabil atau bahkan meningkat. Kesenjangan antara penawaran dan permintaan ini dapat memicu kenaikan harga, sebagai konsekuensi logis dari hukum permintaan-penawaran.
Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal, semisal bencana alam, kelangkaan bahan baku, aksi penimbunan dan lainnya. Sebagaimana faktor kelancaran distribusi juga mempengaruhi tercapainya keseimbangan antara penawaran dan permintaan.
Mungkinkah Nilai Tukar Dinar-Dirham Melemah?
Bila anda cermati, adanya kenaikan harga suatu barang atau mayoritas barang, bukanlah fenomena yang aneh. Harga barang dipengaruhi oleh perbandingan jumlah permintaan dan penawaran yang tidak sebanding. Di saat stok barang menipis, maka secara alami harga barang naik, dan sebaliknya di kala stok barang melimpah maka nilai jualnya merosot. Hanya saja yang tidak wajar adalah bila naiknya harga barang berkepanjangan, sehingga menimbulkan keresahan.
Dalam sejarah Islam, kondisi semacam ini biasanya terjadi karena paceklik atau peperangan yang berkepanjangan. Akibatnya produksi barang kebutuhan masyarakat terhambat sedangkan kebutuhan mereka seringnya tidak dapat ditunda. Sebagai dampak langsung dari kondisi ini, nilai tukar uang melemah dan stabilitas ekonomi terganggu.
Imam Ibnu Katsir mengisahkan bahwa pada tahun 434 H, terjadi paceklik dan wabah penyakit di kota Baghdad. Saking parahnya, sampai-sampai masyarakat setempat memakan bangkai, kucing, dan anjing. Bahkan demi mempertahankan hidup banyak orang yang rela mejual tanah dan rumahnya dengan beberapa potong roti. (Al-Bidayah Wa An-Nihayah, 11/211)
Kemudian, pada tahun 462 H terjadi hal serupa di negeri Mesir, sampai-sampai seekor anjing dijual seharga 5 dinar. (Al-Bidayah Wa An Nihayah 12/99)
Dua fakta sejarah di atas merupakan bukti nyata bahwa kenaikan harga barang dan hancurnya daya beli mata uang, dapat saja terjadi pada mata uang dinar dan dirham. Hanya saja biang terjadinya kondisi semacam ini biasanya adalah faktor-faktor diluar kuasa manusia, sehingga bila kondisi telah kembali normal maka nilai tukar dinar dan dirham turut kembali normal.
Walau demikian, bukan berarti dinar dan dirham benar-benar terbebas dari pengaruh kenakalan sebagian pedagang.
Penimbunan barang atau monopoli suatu kebutuhan masyarakat, dapat saja menjadikan harga barang membumbung tinggi dan nilai tukar mata uang melemah. Wajar bila dalam syari’at islam, praktek monopoli atau penimbunan barang dengan tujuan menjadikan stok barang menjadi langka di pasaran adalah perbuatan yang terlarang.
من احتكر فهو خاطئ
"Barang siapa menimbun barang, maka ia telah berbuat kesalahan (dosa)." (HR. Muslim)
Sebagaimana praktek perdagangan dinar dan dirham yang tidak mengindahkan kaedah syariat, tentu saja dapat memicu terjadinya riba dan inflasi. Islam telah menentukan bahwa pertukaran mata uang harus dilakukan setaca tunai sehingga terjadi serah terima fisik secara utuh tanpa ada yang tertunda sedikitpun. Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الذهب بالذهب، والفضة بالفضة،
والبر بالبر، والشعير بالشعير، والتمر بالتمر، والملح بالملح، مثلا بمثل،
يدا بيد، فمن زاد، أو استزاد، فقد أربى، الآخذ والمعطي فيه سواء
Emas ditukar dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya'ir (salah satu jenis gandum) dengan sya'ir, korma dengan korma, dan garam dengan garam, harus sama dalam (takaran/timbangan) dan (dibayar dengan) kontan. Barang siapa yang menambah atau meminta tambahan maka ia telah berbuat riba. Dosa penerima dan pemberi tambahan sama besarnya." (HR. Muslim)
Beda Inflasi Dinar & Inflasi Uang Kertas
Walaupun uang dinar dan kertas sama-sama bisa mengalami penurunan nilai tukar, namun terdapat tiga perbedaan mendasar antara penurunan keduanya.
1) Nilai tukar uang dinar berasas pada bahan bakunya, sehingga nilai tukarnya bersifat permanen dan kokoh. Fakta ini menjadikan dinar jauh dari pengaruh opini pelaku pasar yang bisa saja benar dan bisa juga tidak. Dengan demikian nilai tukar dinar sulit untuk dipermainkan oleh para spekulan sektor industri keuangan. Berbeda dengan nilai tukar uang kertas yang terletak pada kepercayaan masyarakat. Para spekulan industri keuangan lebih leluasa untuk merekayasa kondisi tertentu yang dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap nilai tukar suatu mata uang.
2) Pedagang dapat saja melakukan beberapa ulah nakal -misalnya dengan menimbun barang- sehingga menjadikan harga suatu kebutuhan masyarakat menjadi mahal. Walau demikian, dampak dari penimbunan itu hanya terjadi dalam skala sempit. Adapun nilai tukar dinar atau nilai jual barang lain tetap stabil. Karena itu terbukti harga jual emas sepanjang sejarah seakan tidak pernah berubah. Kalaupun terjadi perubahan, maka sejatinya perubahan itu terjadi pada nilai jual mata uang kertas yang anda gunakan untuk membeli emas.
3) Ruang perdagangan mata uang dinar lebih sempit, terlebih bila dinar menjadi mata uang global. Dengan demikian, ruang gerak para spekulan yang hobi mengambil keuntungan pribadi benar-benar terbatas.
Karena itu, ketika krisis ekonomi global melanda mayoritas negara, para pakar ekonomi, mengusulkan adanya satu mata uang global yang diterima di seluruh negara. Tentu yang paling tepat menjadi mata uang global ialah dinar atau dirham.
Semoga paparan singkat di atas, dapat membuka sudut pandang anda tentang syari'at islam dalam hal keuangan. Islam lebih menekankah pada metode dan bukan pada bahan baku, bentuk atau hal-hal serupa lainnya. Karena itu, hadits yang saya sebutkan di atas dengan gamblang menggambarkan bahwa praktek riba bisa saja terjadi pada mata uang dinar dan dirham. Ini bukti nyata bahwa biang utama permasalahan keuangan terletak pada metode dan perilaku masyarakat dan bukan pada fisik mata uang atau bahan bakunya. Wallahu Ta'ala a'alam bis shawaab. (Sinopsis artikel "Uang Kertas Penyebab Krisis", Majalah Pengusaha Muslim edisi 28)
--------
Keterangan yang baru saja Anda simak adalah sinopsis dari artikel yang ditulis oleh Dr. Muhammad Arifin Baderi. Artikel ini telah dimuat di majalah Pengusaha Muslim edisi 28, yang secara khusus mengupas tentang konsep mata uang dalam islam.
Bagi Anda yang ingin mendapatkan wawasan lebih lengkap tentang konsep mata uang, bisa mendapatkan e-magazine edisi ini di: http://shop.pengusahamuslim.com
Terima kasih...
Semoga bermanfaat...
Copyright © 2012 Yayasan Bina Pengusaha Muslim, All rights reserved.
Anda menerima email ini karena adalah pembaca website PengusahaMuslim.com Our mailing address is:
Yayasan Bina Pengusaha Muslim
Jl. Kaliurang KM 6,5
Yogyakarta 55581
Indonesia
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar