Jumat, 30 Desember 2011
INVESTMENT BOX
Dengan begitu banyaknya pilihan
investasi yang sering ditawarkan orang ke Anda, kadang tidak mudah bagi seorang
professional sekalipun untuk menentukan pilihannya – apalagi bagi masyarakat
awam. Pengelola dana-dana investasi pada umumnya mengembangkan trik-trik
tersendiri yang dibangun berdasarkan skills dan pengalamannya. Di antara
trik-trik tersebut, saya pilihkan yang paling mudah dan kemudian saya
sederhanakan dalam tulisan ini – menjadi sedemikian mudah dan sederhana –
karena mirip dengan permainan kelereng sewaktu kita kecil.
Waktu kecil dahulu, saya suka sekali
bermain kelereng di kampung. Untuk menyimpan kelereng yang jumlahnya banyak,
perlu kotak tersendiri. Kelereng-kelereng yang paling sering saya gunakan untuk
bermain – untuk gacoan misalnya – maka harus saya taruh di tempat paling atas
di dalam kotak agar mudah saya temukan. Bila posisinya tidak diatas akan perlu
waktu untuk mengaduk-aduk seisi kotak untuk menemukan gacoan ini.
Nah mengelola dana investasi adalah
mirip dengan mengelola kelereng dalam kotak tersebut. Sumbu-sumbu kotaknya
adalah profitability (sumbu x) , liquidity (sumbu y) dan solvability
(sumbu z). Setiap jenis investasi memiliki karakter tersebiri dalam hal profitability,
liquidity
dan solvability-nya. Ketiganya menentukan posisinya di dalam
kotak investasi atau saya sebut saja investment box.
Untuk mudahnya masing-masing sumbu
kita bagi dalam skala tiga saja yaitu rendah (1) , sedang (2) dan tinggi (3).
Posisi investasi tertentu di dalam investment box ditentukan oleh kordinat
xyz-nya. Lantas apa yang menentukan mana yang rendah, sedang dan tinggi di
masing-masing sumbu ? Masing-masing orang bisa punya cara tersendiri. Kalau
saya, yang saya gunakan saat ini adalah sebagai berikut :
Untuk profitability,
batasan yang saya gunakan adalah tingkat inflasi bahan pangan. Semua bentuk
investasi harus bisa mengalahkan inflasi bahan pangan yang rata-ratanya 12 %
selama lima tahun terakhir (Data BPS tahun 2006-2010, red-eramuslim). Bila
hasil investasi kurang dari inflasi bahan pangan, saya kategorikan hasil
investasi rendah. Sampai dua kali inflasi bahan pangan (24%) saya kategorikan
sedang, dan diatas itu baru tinggi.
Untuk liquidity adalah
apabila dana dari investasi tersebut bisa kita cairkan kapan saja kita butuhkan
– tanpa syarat, maka kategorinya tinggi (seperti kelereng yang berada di bagian
kotak paling atas !), bila memerlukan proses dan waktu tertentu saya
kategorikan sedang – dan bila pencairannya bersyarat – seperti ketika Anda mau
mencairkan dana asuransi harus mencapai usia tertentu atau Anda harus meninggal
dahulu misalnya – maka yang ini saya kategorikan rendah.
Untuk solvability
adalah bandingannya apabila ada pinjaman untuk modal investasi Anda tersebut.
Bandingannya adalah standar appresiasi harga emas yang berada di kisaran 20%
per tahun selama lima tahun terakhir. Mengapa emas yang saya gunakan untuk
standar ? karena pinjaman berbasis emas dan dikembalikan dalam bentuk emas
dengan jumlah yang sama inilah yang paling adil dan tidak mengandung riba. Bila
investasi Anda mampu melebihi apresiasi harga emas, maka pertumbuhan asset Anda
akan lebih dari cukup untuk mengembalikan pinjaman modal yang berupa emas –
maka jenis investasi ini yang saya kategorikan memiliki solvability
tinggi. Bila hanya pas-pasan di kisaran appresiasi emas saya kategorikan sedang
dan bila tidak cukup untuk mengembalikan pinjaman modal yang berupa emas – saya
kategorikan rendah dalam hal solvability karena makin lama hutang
makin tidak terbayar.
Dengan kriteria dan asumsi tersebut
diatas, maka marilah kita lihat posisi masing-masing contoh jenis investasi
yang ada di pasaran atau di lingkungan kita sebagai berikut
Asuransi
Untuk Asuransi, posisinya saya taruh
di koordinat (1,1,1) artinya profitability rendah (pada umumnya
dibawah inflasi bahan pangan), liquidity rendah karena pencairannya
pada umumnya bersyarat yaitu bila kita mencapai usia tertentu, bila kita
meninggal dlsb. Solvability juga saya kategorikan rendah karena hasil yang
lebih rendah dari apresiasi emas – Anda tidak mungkin bisa mengembalikan
pinjaman emas yang sama bila emas tersebut digunakan untuk membayar premi
asuransi.
Reksadana
Reksadana saya taruh dalam kordinat
(2,2,2) artinya profitability sedang – kadang bisa melampau inflasi bahan
pangan, liquidity sedang karena perlu proses tertentu untuk
mencairkannya, dan solvability juga sedang – kadang cukup
untuk mengembalikan pinjaman emas – kadang juga tidak.
Manufaktur
Ini asumsinya Anda berinvestasi
langsung di sektor produksi, posisinya saya taruh di koordinat (3,2,3). Dengan
asumsi Anda menerjuni bidang yang memang Anda kuasai, maka umumnya manufaktur
bisa dengan mudah memberikan tingkat keuntungan yang melebihi angka inflasi
bahan pangan sekalipun, namun dari sisi liquidity saya kategorikan sedang
karena tidak semua asset bisa dengan mudah dicairkan. Dari sisi solvability
saya kategorikan tinggi karena asset usaha pada umumnya akan tumbuh lebih cepat
dari appresiasi emas – karena dia adalah harta yang berputar.
Property
Untuk property saya taruh di
koordinat (2,1,2) , dia lumayan profitable bila dapat lokasi yang baik,
rendah dalam hal liquidity karena tidak mudah menjualnya
bila kita memerlukan dana dari investasi property ini. Dan dari sisi solvability
– kurang lebih tumbuh mirip dengan pertumbuhan harga emas.
Kebun
Untuk kebun saya taruh di koordinat
(3,1,3) yaitu sangat profitable bila ditangani oleh yang
memang memahami bidangnya, sebagai contoh satu batang benih pohon jinjing
harganya hanya Rp 1,000. Setelah lima tahun pohon ini bila tumbuh baik harganya
dengan mudah akan mencapai ratusan ribu. Liquidity-nya rendah karena hanya akan
bisa dipanen setelah mencapai usia tertentu – lima tahun atau lebih. Tinggi
dalam hal solvability karena didanai dengan pinjaman emas-pun
insyaAllah akan lebih dari cukup untuk mengembalikannya.
Deposito
Deposito saya taruh di posisi
koordinat (1,2,1), rendah dari sisi profitability karena semua Deposito
saat ini memberikan hasil yang lebih rendah dari inflasi bahan pangan. Sedang
dalam hal liquidity karena perlu waktu tertentu untuk mencairkannya,
dan rendah dalam arti solvability karena bila dana diposito
Anda diukur dari pinjaman emas – maka pinjaman tersebut akan semakin berat
untuk bisa dibayar dengan hasil deposito Anda.
Tabungan
Agak mirip dengan deposito, yaitu
rendah dalam hal profitability dan rendah pula dari sisi
solvability
tetapi tinggi dalam hal liquidity karena tabungan Anda bisa
dicairkan kapan saja. Maka posisi tabungan berada di koordinat (1,3,1).
Emas/Dinar
Emas/Dinar berada di posisi koordinat
(2,3,3), sedang dalam hal profitability, tinggi dalam hal liquidity
(bisa dijual kapan saja dan dimana saja ) dan tinggi pula dalam hal solvability.
Pinjaman emas/Dinar selalu dapat dibayar dengan emas/Dinar pula setiap saat.
Perdagangan
Inilah primadonanya investasi
langsung di koordinat (3,3,3), yaitu profitability-nya yang tinggi. Bila
modal Anda Rp 1 juta untuk berdagang dengan turnover awalnya Rp 1 juta per
minggu dan untung bersih yang Anda investasikan kembali adalah 1 %, maka pada
akhir tahun uang Anda menjadi Rp 1,000,000 x (1+ 1%) ^ 52 (52 minggu dalam satu
tahun !) = Rp 1,677,689. Liquidity tinggi karena harta para
pedagang yang terus berputar antara barang dagangan – uang – dagangan – dan
uang kembali begitu seterusnya. Solvability juga tinggi karena dia akan
terus mampu mengembalikan pinjaman modal yang dikukur dalam emas sekalipun.
Mungkin inilah yang menjadikan perdagangan itu 9 dari 10 pintu rizki !.
Dengan mengetahui posisi
‘kelereng-kelereng’ investasi tersebut, InsyaAllah Anda akan lebih mudah
menentukan komposisi investasi Anda. Memang tidak straight forward
Anda dapat langsung jump ke perdagangan – karena untuk ini
diperlukan skills yang perlu terus dikembangkan.
Sebaliknya juga demikian, asuransi
yang berada di kordinat (1,1,1) tidak harus serta merta ditinggalkan,
keberadaanya masih diperlukan untuk risk sharing atau taawun
– tolong menolong – dalam menghadapi risiko. Yang diperlukan hanyalah
memperjelas posisi, bahwa ketika Anda membeli asuransi adalah karena fungsinya
untuk bisa ber-taawun ini – sedangkan untuk investasinya, banyak yang lebih
menarik seperti alternatif-alternatif tersebut.
Contoh lain dari bentuk investasi
yang kurang menarik tetapi sangat kita butuhkan adalah tabungan di bank; dari
sisi profitability memang rendah – tetapi sampai saat ini
tabungan atau rekening koran di bank masih menjadi alternatif pengelolaan cash
kita yang paling efektif. Toh kita memang tidak perlu membawa atau menyimpan
tunai di bawah bantal kan ?. Jadi manfaatkan bank untuk keperluan cash
manajemen, pembayaran dan sejenisnya – tetapi untuk investasi gunakan pilihan
lain yang lebih menarik.
Dengan memahami kelemahan dari
masing-masing karakter investasi tersebut diatas, kita juga bisa melakukan
perbaikan-perbaikannya. Misalnya ketika saya menanam pohon jinjing saya tahu
bahwa saya tidak akan bisa mengharapkan hasilnya paling tidak sampai lima tahun
mendatang, maka untuk mengongkosi operasi day-to-day dan upah bagi yang merawatnya
sampai lima tahun yang akan datang – di kebon jinjing tersebut saya pelihara
kambing dan jamur. Susu kambing dan jamur dapat menjadi income harian yang
mengkompensasi investasi jinjing tersebut.
Lebih dari itu semua, Anda juga bisa
tidak setuju dengan letak kelereng-kelereng tersebut. Ini toh ‘kelereng’
investasi Anda sendiri, Anda bebas menentukan tempatnya dimana saja – asal Anda
memiliki kriteria atau pertimbangannya yang jelas.
Selamat bermain kelereng...:)
Selasa, 27 Desember 2011
MENEMUI ALLAH
Bahasan ini sebenarnya telah masuk ranah
tasawuf dan hanya bisa dijelaskan dengan baik oleh ahli tasawuf (sufi) yang
mencapai maqam (tingkatan spritual) mahabbah (cinta Allah) dan ma’rifah
(mengenal Allah). Dalam kajian Tauhid, selalu ditegaskan bahwa Allah itu esa,
tidak beranak dan diperanakkan, tak bergantung pada apa pun jua. Dia adalah Zat
Yang Maha Kaya dan tidak membutuhkan sesuatu pun dan tidak pula ada yang
menyerupainya. (QS.112:1-4,3:97,42:11).
Selain itu, disebutkan pula bahwa Allah bersemayam di atas Arasy yakni tempat yang tinggi dimana manusia tak mampu memikirkannya apalagi menghampirinya (QS.10:3,13:2,20:5,25:5). Meskipun pada sisi lain, bahwa Dia lebih dekat dari pada urat leher kita sendiri, tapi seringkali tak bisa merasakan kehadirannya. (QS.2:186, 50:16). Lalu, bagaimana cara menemui Allah ?
Salah satu jalan untuk menemui Allah SWT adalah mengunjungi Rumah-Nya, Baitullah. Meskipun, boleh jadi Dia tengah tak ada atau tak berkenan untuk membuka pintu Rumah-Nya. Kalau pun bisa menemui-Nya, tentu bersifat personal dan belum tentu berdampak pada relasi sosial (pemberdayaan umat).
Sementara, menemui-Nya saat bersemayam di atas Arasy, tentu jalan yang tak mungkin dilalui oleh manusia biasa. Lalu bagaimana cara menemui-Nya yang dampaknya bukan hanya individual (hablum minallah), tapi juga sosial (hablum minannas) ?
Prof. Dr. M. Quraish Shihab, dalam buku 40 Hadits Qudsi Pilihan, (Lentera Hati, 2010), dinukil sebuah Hadits Qudsi (Hadits yang redaksinya dari Rasulullah SAW tapi maknanya dari Allah SWT.) dari Abu Hurairah Ra. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Rasulullah SAW. Bersabda : “Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung akan berfirman pada Hari Kiamat :
Wahai putra putri Adam (Ibnu Adam), Aku sakit, tetapi mengapa engkau tak mengunjungi-Ku ? Ibnu Adam bertanya : ”Yaa Rabb, bagaimana aku mengunjungi-Mu sedang Engkau adalah Tuhan seru sekalian alam ?”. Allah berfirman : “Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku si Fulan sakit, mengapa engkau tidak menjenguknya ? Tidakkah engkau tahu, sekiranya engkau menjenguknya, niscaya engkau akan menemukan Aku di sana”.
Wahai putra putri Adam, Aku minta makanan kepadamu, tapi mengapa engkau tidak memberi-Ku makan ?”. Ibnu Adam pun bertanya : “Yaa Rabb, bagaimana aku memberi-Mu makan, sedang engkau adalah Tuhan seru sekalian alam ?”. Allah berfirman : “Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku si Fulan telah meminta makanan kepadamu, mengapa engkau tidak memberinya makan ? Tidakkah engkau tahu, seandainya engkau memberinya makan, niscaya engkau akan mendapatkan itu (ganjarannya) di sisiku ?”.
Wahai putra putri Adam, Aku minta minum kepadamu, tetapi engkau tidak memberi-Ku minum ? Lalu Ibnu Adam bertanya : “Yaa Rabb, bagaimana aku memberi-Mu minum, sedangkan Engkau adalah Tuhan seru sekalian Alam”?. Allah berfirman : “Tidakkah engkau tahu bahwa Hamba-Ku si Fulan telah minta minum kepadamu, tetapi mengapa engkau tidak memberinya minum ? Seandainya engkau memberinya minum, niscaya engkau akan mendapatkan itu (ganjarannya) di sisi-Ku.”
Jika kita simak Hadits di atas, pesan pertama sebagai jalan menemui Allah adalah membesuk orang sakit. Boleh jadi, karena orang sakit sedang berada di persimpangan jalan, yakni antara hidup dan mati. Seorang yang sakit keras atau kritis, sedemikian dekat kepada Allah. Sejatinya, ia berhak atas Muslim yang lain untuk dijenguk dan wajib bagi seorang Muslim untuk menjeguknya (HR. Muslim).
Mengunjungi orang sakit tidak sekedar lepasnya kewajiban, tapi justru dapat mengeratkan persaudaraan dan keharmonisan sosial. Hubungan yang disharmoni seringkali terbangun kembali setelah mengunjungi yang sakit. Doa yang dipanjatkan dan kegembiraan hatinya bisa mempercepat kesembuhan.
Jika kita ingin menemui Allah, maka kunjungilah orang-orang sakit yang bersandar dan bergantung penuh hanya kepada Allah SWT karena Allah pun senantiasa berada di sisi mereka yang sabar akan derita yang menimpa. Dalam kondisi demikian, mereka seringkali diabaikan dan terlupakan. Kita terkadang kaget dan menyesali, setelah mendapat kabar kematian si sakit sementara belum sempat menjenguknya.
Pesan kedua dan ketiga Hadits di atas adalah memberi makan dan minum. Kaum dhuafa dan mustdh’afin (anak yatim, miskin, terlantar, tertawan, hidup berkalang tanah beratap langit, kekurangan gizi dan kelaparan) yang jumlahnya semakin bertambah adalah hamba-hamba yang dikasihi Allah. Mereka sengaja dihadirkan oleh Allah untuk menguji keimanan dan komitmen sosial kita sekaligus sebagai jalan menemui Allah SWT.
Konon, Nabi Musa As. pernah bertanya kepada Allah, dimana ia bisa menemui-Nya. Allah menjawab : “Temuilah Aku di tengah orang yang hancur hatinya”. Karena itulah, Allah SWT menyuruh kita untuk memberi makan orang yatim, miskin dan yang tertawan hidupnya, bahkan dinilai sebagai pendusta agama jika tidak menyantuni mereka (QS.2:177,90:14-16,93:9-10,107:3).
Justru dengan jalan yang tidak mudah ini, kita bisa menemui Allah dengan rasa bahagia, tenang dan nikmat baik dunia maupun akhirat. Tapi itu semua bisa diraih hanya dengan ikhlas dalam beramal shaleh dan tidak menyekutukan-Nya. (QS.18:110).
Demikianlah Islam mengajarkan ibadah yang sebenarnya, yakni ibadah yang berdimensi individual dan sosial sekaligus. “Jangan menunggu kaya baru bersedekah, tapi bersedekahlah agar menjadi kaya. Jangan menunggu sukses baru bersyukur tapi bersyukurlah agar bertambah sukses”, demikian orang bijak berkata.
Selagi ada kesempatan dan umur untuk melakukan kebaikan, maka lakukan sekarang. Jangan menunggu kaya atau sukses. Boleh jadi belum sempat kaya atau sukses ajal telah tiba. Menyesal kemudian tiada berguna. (QS.63:10-11). Sedekah yang paling tinggi nilainya adalah pada saat kita juga membutuhkan. Dan, jika mampu melakukannya, luar biasa nikmatnya dan Allah pun segera memberi ganti yang berlipat dan tidak terkira-kira (laa yahtasib). Insya Allah !
Selain itu, disebutkan pula bahwa Allah bersemayam di atas Arasy yakni tempat yang tinggi dimana manusia tak mampu memikirkannya apalagi menghampirinya (QS.10:3,13:2,20:5,25:5). Meskipun pada sisi lain, bahwa Dia lebih dekat dari pada urat leher kita sendiri, tapi seringkali tak bisa merasakan kehadirannya. (QS.2:186, 50:16). Lalu, bagaimana cara menemui Allah ?
Salah satu jalan untuk menemui Allah SWT adalah mengunjungi Rumah-Nya, Baitullah. Meskipun, boleh jadi Dia tengah tak ada atau tak berkenan untuk membuka pintu Rumah-Nya. Kalau pun bisa menemui-Nya, tentu bersifat personal dan belum tentu berdampak pada relasi sosial (pemberdayaan umat).
Sementara, menemui-Nya saat bersemayam di atas Arasy, tentu jalan yang tak mungkin dilalui oleh manusia biasa. Lalu bagaimana cara menemui-Nya yang dampaknya bukan hanya individual (hablum minallah), tapi juga sosial (hablum minannas) ?
Prof. Dr. M. Quraish Shihab, dalam buku 40 Hadits Qudsi Pilihan, (Lentera Hati, 2010), dinukil sebuah Hadits Qudsi (Hadits yang redaksinya dari Rasulullah SAW tapi maknanya dari Allah SWT.) dari Abu Hurairah Ra. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Rasulullah SAW. Bersabda : “Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung akan berfirman pada Hari Kiamat :
Wahai putra putri Adam (Ibnu Adam), Aku sakit, tetapi mengapa engkau tak mengunjungi-Ku ? Ibnu Adam bertanya : ”Yaa Rabb, bagaimana aku mengunjungi-Mu sedang Engkau adalah Tuhan seru sekalian alam ?”. Allah berfirman : “Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku si Fulan sakit, mengapa engkau tidak menjenguknya ? Tidakkah engkau tahu, sekiranya engkau menjenguknya, niscaya engkau akan menemukan Aku di sana”.
Wahai putra putri Adam, Aku minta makanan kepadamu, tapi mengapa engkau tidak memberi-Ku makan ?”. Ibnu Adam pun bertanya : “Yaa Rabb, bagaimana aku memberi-Mu makan, sedang engkau adalah Tuhan seru sekalian alam ?”. Allah berfirman : “Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku si Fulan telah meminta makanan kepadamu, mengapa engkau tidak memberinya makan ? Tidakkah engkau tahu, seandainya engkau memberinya makan, niscaya engkau akan mendapatkan itu (ganjarannya) di sisiku ?”.
Wahai putra putri Adam, Aku minta minum kepadamu, tetapi engkau tidak memberi-Ku minum ? Lalu Ibnu Adam bertanya : “Yaa Rabb, bagaimana aku memberi-Mu minum, sedangkan Engkau adalah Tuhan seru sekalian Alam”?. Allah berfirman : “Tidakkah engkau tahu bahwa Hamba-Ku si Fulan telah minta minum kepadamu, tetapi mengapa engkau tidak memberinya minum ? Seandainya engkau memberinya minum, niscaya engkau akan mendapatkan itu (ganjarannya) di sisi-Ku.”
Jika kita simak Hadits di atas, pesan pertama sebagai jalan menemui Allah adalah membesuk orang sakit. Boleh jadi, karena orang sakit sedang berada di persimpangan jalan, yakni antara hidup dan mati. Seorang yang sakit keras atau kritis, sedemikian dekat kepada Allah. Sejatinya, ia berhak atas Muslim yang lain untuk dijenguk dan wajib bagi seorang Muslim untuk menjeguknya (HR. Muslim).
Mengunjungi orang sakit tidak sekedar lepasnya kewajiban, tapi justru dapat mengeratkan persaudaraan dan keharmonisan sosial. Hubungan yang disharmoni seringkali terbangun kembali setelah mengunjungi yang sakit. Doa yang dipanjatkan dan kegembiraan hatinya bisa mempercepat kesembuhan.
Jika kita ingin menemui Allah, maka kunjungilah orang-orang sakit yang bersandar dan bergantung penuh hanya kepada Allah SWT karena Allah pun senantiasa berada di sisi mereka yang sabar akan derita yang menimpa. Dalam kondisi demikian, mereka seringkali diabaikan dan terlupakan. Kita terkadang kaget dan menyesali, setelah mendapat kabar kematian si sakit sementara belum sempat menjenguknya.
Pesan kedua dan ketiga Hadits di atas adalah memberi makan dan minum. Kaum dhuafa dan mustdh’afin (anak yatim, miskin, terlantar, tertawan, hidup berkalang tanah beratap langit, kekurangan gizi dan kelaparan) yang jumlahnya semakin bertambah adalah hamba-hamba yang dikasihi Allah. Mereka sengaja dihadirkan oleh Allah untuk menguji keimanan dan komitmen sosial kita sekaligus sebagai jalan menemui Allah SWT.
Konon, Nabi Musa As. pernah bertanya kepada Allah, dimana ia bisa menemui-Nya. Allah menjawab : “Temuilah Aku di tengah orang yang hancur hatinya”. Karena itulah, Allah SWT menyuruh kita untuk memberi makan orang yatim, miskin dan yang tertawan hidupnya, bahkan dinilai sebagai pendusta agama jika tidak menyantuni mereka (QS.2:177,90:14-16,93:9-10,107:3).
Justru dengan jalan yang tidak mudah ini, kita bisa menemui Allah dengan rasa bahagia, tenang dan nikmat baik dunia maupun akhirat. Tapi itu semua bisa diraih hanya dengan ikhlas dalam beramal shaleh dan tidak menyekutukan-Nya. (QS.18:110).
Demikianlah Islam mengajarkan ibadah yang sebenarnya, yakni ibadah yang berdimensi individual dan sosial sekaligus. “Jangan menunggu kaya baru bersedekah, tapi bersedekahlah agar menjadi kaya. Jangan menunggu sukses baru bersyukur tapi bersyukurlah agar bertambah sukses”, demikian orang bijak berkata.
Selagi ada kesempatan dan umur untuk melakukan kebaikan, maka lakukan sekarang. Jangan menunggu kaya atau sukses. Boleh jadi belum sempat kaya atau sukses ajal telah tiba. Menyesal kemudian tiada berguna. (QS.63:10-11). Sedekah yang paling tinggi nilainya adalah pada saat kita juga membutuhkan. Dan, jika mampu melakukannya, luar biasa nikmatnya dan Allah pun segera memberi ganti yang berlipat dan tidak terkira-kira (laa yahtasib). Insya Allah !
Senin, 26 Desember 2011
BUATLAH HARTA LEBIH BERMANFAAT
ياايها
الذين امنوا انفقوا مما رزقناكم من قبل ان يأتي يوم لا بيع فيه ولا خلة ولا شفاعة
والكافرون هم الظالمون”’’
“Hai
orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah SWT) sebagian dari
rezeki yang kami berikan pada kalian sebelum datang hari yang pada hari itu
tidak ada lagi jual beli dan persahabatan yang akrab dan syafaat, dan
orang-orang kafir itulah yang zhalim.” (QS. Al-Baqarah: 254)
Segala
puji bagi Allah SWT yang menciptakan langit dan bumi. Sang Khaliq yang Maha
dari segala-galanya bahkan walaupun seluruh yang merasa Maha di bumi ini
berkumpul untuk melawan Allah SWT tidak akan mampu melawan-NYA termasuk seluruh
Mahasiswa dan penulis hitam di atas putih ini karena saya adalah Maha juga tapi
bukan Maha Kuasa melainkan Mahasiswa. OKI (oleh karena itu) tak ada daya bagi
seorang manusia untuk menyembah selain Allah yang Maha Esa sebab segala sesuatu
datangnya dari Tuhan yang Maha Esa.
Perlu
diketahui bahwa anak manusia hidup di dunia ini mempunyai visi dan misi menuju
kehidupan yang sebenarnya yaitu kehidupan akhirat yakinlah bahwa hidup sesudah
mati benar-benar ada, itu pemahaman kaum muslimin. Mengapa saya katakan
demikian karena boleh jadi ada di antara kaum atheis (hidup tanpa Tuhan) yang
berkeyakinan bahwa hidup setelah mati adalah sesuatu yang nihil.
Sebelum
melangkah lebih lanjut tulisan ini dimulai dengan firman Allah di atas, sebuah
firman kepada orang-orang yang beriman dan merupakan perintah untuk menafkahkan
sebagian harta yang kita miliki di jalan Allah SWT dengan hati yang ikhlas
bukan dengan harapan ingin disebut sebagai orang dermawan. Mungkin di era
globalisasi ini ada manusia yang selalu mencari keuntungan bunga dalam menabung
harta, mencari BANK yang lebih berbunga atau mengincar hadiah-hadiah yang akan
dibagikan Bank sekarang adalah sesuatu yang ikhtilaf riba atau bukan…? Perlu
dikaji lebih lanjut.
Namun
segala sesuatu yang ada di muka bumi ini akan fana, musnah, termasuk harta
benda yang kita miliki, Mobil Mewah, Motor, Rumah Mewah, Perusahaan, Kulit
Mulus, Muka yang cantik, ganteng semuanya akan musnah, boleh jadi semua yang
disebut di atas hanya dinikmati di dunia yang penuh dengan sandiwara.
Wahai para
saudaraku seiman dan seagama yang disayangi oleh Allah, teringat dalam salah
satu kuliah yang dibawakan oleh Dr. Mohamammad Rafi’ (Dosen Univ. Sidi Mohammed
Ben Abdellah Maroko) mengatakan الشريعة مصلحة bahwa syariat itu selalu dan akan mengandung manfaat atau
kemaslahatan. Oleh karena itu camkan bahwa setiap yang diperintahkan melalui
Al-Qur’an dan Al-hadits maka ikutilah insya Allah akan mengantarkanmu menuju
kebahagiaan hakiki yaitu kehidupan syurga. Berinfaq misalnya, sudah sekian
banyak ayat dalam Al-Qur’an senantiasa memerintahkan untuk memberikan sebagian harta
di sabilillah. “Perumpamaan
orang-orang menafkahkan hartanya di jalan Allah (dalam urusan agama) serupa dengan sebutir benih
menumbuhkan tujuh butir (Tangkai), pada tiap-tiap butir terdapat 100 biji,
Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang ia kehendaki.” (Al-Baqarah
ayat, 261)
Subhanallah
walillahihamdu, betapa banyaknya pahala jika kita menafkahkan harta dalam
urusan agama, resapilah makna ayat di atas diumpamakan menanam 1 pohon lalu
tumbuh hingga bertangkai sebanyak 7 tangkai lalu setiap tangkai terdapat 100
buah. Itulah perumpamaan pahala menafkahkan harta di jalanNya. Dalam ayat
terakhir terdapat kalimat ” “والله يضاعف لمن يشاء
Allah SWT akan melipatgandakan pahala bagi
yang ia kehendaki. Bermakna jika seorang mukmin menafkahkan dibarengi niat yang
tulus Lillahi ta’ala maka akan mendapatkan pahala sesuai keinginan Allah
melebihi yang disebutkan di atas.
Termasuk
kunci-kunci rizki adalah memberi nafkah kepada orang yang sepenuhnya menuntut
ilmu syariat (agama). Dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadits riwayat
At-Tirmidzi dan Al-Hakim dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya ia
berkata:
“Dahulu
ada dua orang saudara pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Salah
seorang daripadanya mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
(saudaranya) yang lain bekerja. Lalu saudaranya yang bekerja itu mengadu kepada
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Mudah-mudahan engkau diberi rizki dengan sebab dia”
Dalam
hadits yang mulia ini, Nabi yang mulai Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjelaskan kepada orang yang mengadu kepadanya karena kesibukan saudaranya
dalam menuntut ilmu agama, sehingga membiarkannya sendirian mencari penghidupan
(bekerja), bahwa semestinya ia tidak mengungkit-ungkit nafkahnya kepada
saudaranya, dengan anggapan bahwa rizki itu datang karena dia bekerja. Padahal
ia tidak tahu bahwasanya Allah membukakan pintu rizki untuknya karena sebab
nafkah yang ia berikan kepada saudaranya yang menuntut ilmu agama secara sepenuhnya.
Maka
beruntunglah bagi seorang mukmin yang senantiasa menafkahi orang-orang yang
menuntut ilmu syariat Islam, menuntut ilmu agama Allah, menafkahi pelajar atau
mahasiswa yang sedang menuntut ilmu agama Islam. Imam Al-Ghazali berkata:
“Ia harus mencari orang yang tepat untuk mendapatkan sedekahnya. Misalnya para
ahli ilmu. Sebab hal itu merupakan bantuan baginya untuk (mempelajari) ilmunya.
Ilmu adalah jenis ibadah yang paling mulia, jika niatnya benar.”
Ditambah
lagi Firman Allah in the holy Qur’an:
من
ذا الذي يقرض الله قرضا حسنا فيضاعفه له أضعافا كثيرا
“Siapa
yang mau memberi pinjaman kepada Allah, dengan pinjaman yang baik (Menafkahkan
hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya,
dengan lipat ganda yang banyak…” (QS.
Al-Baqarah: 245)
Wahai
saudara-saudaraku yang dicintai Allah jika kalian menafkahkan harta untuk
urusan agama Islam maka sama halnya meminjamkan Allah, maka sudah menjadi hak
Allah untuk membayarnya dengan melipatgandakan. Inilah tabungan yang sesungguhnya
yang abadi selama hati disinari dengan niat yang ikhlas boleh dikata ini BANK
Allah SWT yang tak akan pernah dibobol oleh anak manusia seperti apa yang telah
dilakukan oleh para pegawai bank swasta di Negara kita Indonesia. “Mari
menafkahkan sebagian harta fi sabilillah atau dalam urusan agama insya Allah,
Allah akan selalu memperbanyak rezeki kita”. Pernah suatu ketika penulis
bersedekah sebanyak 3 dirham mata uang maroko tiba-tiba tiga 3 hari kemudian
saya diberi seorang dosen sebanyak 300 dirham Subhanallah itu merupakan
keajaiban bagiku. Wallahu alamu Bishowab.
IDEALISKAH DIRIMU DALAM MEREALISASIKAN MIMPI
Terdapat
sebuah kritik menggelitik terhadap tulisan saya berjudul “Idealiskah Dirimu
dalam Bermimpi?” Kritik tersebut saya jadikan judul dalam tulisan saya
sekarang.
Ya, setiap
orang memiliki mimpi dalam hidupnya meski tak semuanya menyadari hakikat diri
dan mimpinya dalam kehidupan. Bermimpi, jauh lebih mudah. Ia hanya membutuhkan
semangat internal diri, kepahaman terhadap diri sendiri (arah, tujuan, dan visi
hidup), dan harapan. Namun, merealisasikan mimpi jauh lebih dahsyat daripada
sekedar memimpikan sesuatu saja.
Merealisasikan
mimpi adalah langkah lanjutan dari bermimpi. Merealisasikan mimpi ibarat
langkah praktik (aplikasi) dari teori (mimpi) yang kita dapat. Tanpa praktik,
jutaan teori yang ada sedikit pun tidak memiliki makna. Memasuki tahap
realisasi mimpi berarti kita telah melewati tahap memahami diri dan merancang
mimpi. Merealisasikan mimpi membutuhkan jauh lebih banyak bekal. Keberanian,
adalah unsur mutlak di dalamnya. Banyak orang memiliki mimpi, namun hanya
sedikit yang berani dan mau merealisasikannya. Berani, berarti telah ada sinyal
‘siap’ yang dipancarkan oleh segenap komponen diri dalam menuju perealisasian
mimpi.
Berani
sungguh tidak ada maknanya tanpa diiringi dengan upaya memulai. Banyak orang
mengatakan bahwa memulai suatu pekerjaan (kebaikan) adalah hal yang paling
sulit dilakukan. Namun hal itu tidak berlaku bagi para pengukir kejayaan.
Mereka yang memiliki visi dan tujuan yang terarah, mereka yang memiliki mimpi
dalam hidupnya, akan segera memulai langkah merealisasikan apa yang menjadi
mimpinya. Setiap perjalanan pasti membutuhkan langkah awal. Tidak perlu takut
langkah awal itu akan membawa diri pada kegagalan jika telah mantap kesiapan
dan tekad diri ini untuk membuat nyata mimpi kita. Melangkahlah, dan kau akan
semakin dekat dengan pulau tujuan mimpimu.
Realisasikan
mimpimu sesuai dengan yang terdekat kau jangkau. Buatlah daftar pencapaian
terdekat hingga terjauh. Hal ini banyak membantu kita untuk bergerak sesuai
prioritas. Biarkan dirimu mengendalikan waktu hidupmu, di samping Allah yang
Mahakuasa atasnya.
Berfokuslah
pada apa yang menjadi mimpimu. Akan banyak hal muncul di tengah perjalanan kita
menuju pulau tujuan
impian
kita. Kegagalan, menurunnya dukungan sarana-prasarana, merosotnya semangat dan
keberanian diri, lingkungan yang tidak lagi mendukung, dan masih banyak lagi.
Hal ini akan menyedot perhatian diri dan menjauhkan kita pada kobaran
pencapaian mimpi. Saat ini terjadi, berhentilah sejenak. Berhenti di sini bukan
berarti mundur atau menjauh.
Berhentilah
untuk mengumpulkan apa yang terserak, merefleksikan apa yang nampak. Seperti
halnya mesin yang butuh istirahat, kita pun demikian. Kita membutuhkan tenggang
yang memberikan kita kesempatan untuk merealisasikan diri.
Apapun
mimpimu, mereka tiada pernah dapat terealisasi tanpa dukungan lingkungan di
sekitarmu. Carilah partner yang mampu menjadi katalisator dirimu dalam
mewujudkan satu per satu mimpimu. Perbanyaklah orang yang mau mendukung dan
bergerak bersamamu dalam meraih tujuanmu.
Terpenting,
justru apa yang ada di awalnya. Niatkan mimpimu untuk kejayaan agamamu, Islam.
Maka mimpimu adalah hakikat tinggi yang layak untuk diperjuangkan, yang pantas
untuk disandingkan dengan aktivitas dan usiamu.
Milikilah
mimpi, karena ia ibarat nyawa dalam hidup kita. Orang hidup tanpa mimpi akan
sangat hampa tanpa makna. Maka, tetaplah jaga kobaran mimpimu. Segeralah
songsong hari dengan langkah-langkah pasti untuk merealisasikan apa yang kau
impikan. Dan lihatlah bahwa satu demi satu mimpimu akan tercapai.
Seperti
halnya kita tak boleh takut dalam bermimpi tinggi, maka demikian juga kita tak
boleh takut dalam melangkah untuk merealisasikan mimpi. Sebutlah setiap mimpimu
dalam doa dan harapmu. Nyatakan ia juga kepada orang-orang di sekitarmu, agar
mereka turut mendoakan ketercapaiannya.
Karena
“bukanlah hidup jika tanpa mimpi dan cita-cita”.
Langganan:
Postingan (Atom)