Terdapat
sebuah kritik menggelitik terhadap tulisan saya berjudul “Idealiskah Dirimu
dalam Bermimpi?” Kritik tersebut saya jadikan judul dalam tulisan saya
sekarang.
Ya, setiap
orang memiliki mimpi dalam hidupnya meski tak semuanya menyadari hakikat diri
dan mimpinya dalam kehidupan. Bermimpi, jauh lebih mudah. Ia hanya membutuhkan
semangat internal diri, kepahaman terhadap diri sendiri (arah, tujuan, dan visi
hidup), dan harapan. Namun, merealisasikan mimpi jauh lebih dahsyat daripada
sekedar memimpikan sesuatu saja.
Merealisasikan
mimpi adalah langkah lanjutan dari bermimpi. Merealisasikan mimpi ibarat
langkah praktik (aplikasi) dari teori (mimpi) yang kita dapat. Tanpa praktik,
jutaan teori yang ada sedikit pun tidak memiliki makna. Memasuki tahap
realisasi mimpi berarti kita telah melewati tahap memahami diri dan merancang
mimpi. Merealisasikan mimpi membutuhkan jauh lebih banyak bekal. Keberanian,
adalah unsur mutlak di dalamnya. Banyak orang memiliki mimpi, namun hanya
sedikit yang berani dan mau merealisasikannya. Berani, berarti telah ada sinyal
‘siap’ yang dipancarkan oleh segenap komponen diri dalam menuju perealisasian
mimpi.
Berani
sungguh tidak ada maknanya tanpa diiringi dengan upaya memulai. Banyak orang
mengatakan bahwa memulai suatu pekerjaan (kebaikan) adalah hal yang paling
sulit dilakukan. Namun hal itu tidak berlaku bagi para pengukir kejayaan.
Mereka yang memiliki visi dan tujuan yang terarah, mereka yang memiliki mimpi
dalam hidupnya, akan segera memulai langkah merealisasikan apa yang menjadi
mimpinya. Setiap perjalanan pasti membutuhkan langkah awal. Tidak perlu takut
langkah awal itu akan membawa diri pada kegagalan jika telah mantap kesiapan
dan tekad diri ini untuk membuat nyata mimpi kita. Melangkahlah, dan kau akan
semakin dekat dengan pulau tujuan mimpimu.
Realisasikan
mimpimu sesuai dengan yang terdekat kau jangkau. Buatlah daftar pencapaian
terdekat hingga terjauh. Hal ini banyak membantu kita untuk bergerak sesuai
prioritas. Biarkan dirimu mengendalikan waktu hidupmu, di samping Allah yang
Mahakuasa atasnya.
Berfokuslah
pada apa yang menjadi mimpimu. Akan banyak hal muncul di tengah perjalanan kita
menuju pulau tujuan
impian
kita. Kegagalan, menurunnya dukungan sarana-prasarana, merosotnya semangat dan
keberanian diri, lingkungan yang tidak lagi mendukung, dan masih banyak lagi.
Hal ini akan menyedot perhatian diri dan menjauhkan kita pada kobaran
pencapaian mimpi. Saat ini terjadi, berhentilah sejenak. Berhenti di sini bukan
berarti mundur atau menjauh.
Berhentilah
untuk mengumpulkan apa yang terserak, merefleksikan apa yang nampak. Seperti
halnya mesin yang butuh istirahat, kita pun demikian. Kita membutuhkan tenggang
yang memberikan kita kesempatan untuk merealisasikan diri.
Apapun
mimpimu, mereka tiada pernah dapat terealisasi tanpa dukungan lingkungan di
sekitarmu. Carilah partner yang mampu menjadi katalisator dirimu dalam
mewujudkan satu per satu mimpimu. Perbanyaklah orang yang mau mendukung dan
bergerak bersamamu dalam meraih tujuanmu.
Terpenting,
justru apa yang ada di awalnya. Niatkan mimpimu untuk kejayaan agamamu, Islam.
Maka mimpimu adalah hakikat tinggi yang layak untuk diperjuangkan, yang pantas
untuk disandingkan dengan aktivitas dan usiamu.
Milikilah
mimpi, karena ia ibarat nyawa dalam hidup kita. Orang hidup tanpa mimpi akan
sangat hampa tanpa makna. Maka, tetaplah jaga kobaran mimpimu. Segeralah
songsong hari dengan langkah-langkah pasti untuk merealisasikan apa yang kau
impikan. Dan lihatlah bahwa satu demi satu mimpimu akan tercapai.
Seperti
halnya kita tak boleh takut dalam bermimpi tinggi, maka demikian juga kita tak
boleh takut dalam melangkah untuk merealisasikan mimpi. Sebutlah setiap mimpimu
dalam doa dan harapmu. Nyatakan ia juga kepada orang-orang di sekitarmu, agar
mereka turut mendoakan ketercapaiannya.
Karena
“bukanlah hidup jika tanpa mimpi dan cita-cita”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar