Senin, 26 Desember 2011

IDEALISKAH DIRIMU DALAM MEREALISASIKAN MIMPI


Terdapat sebuah kritik menggelitik terhadap tulisan saya berjudul “Idealiskah Dirimu dalam Bermimpi?” Kritik tersebut saya jadikan judul dalam tulisan saya sekarang.
Ya, setiap orang memiliki mimpi dalam hidupnya meski tak semuanya menyadari hakikat diri dan mimpinya dalam kehidupan. Bermimpi, jauh lebih mudah. Ia hanya membutuhkan semangat internal diri, kepahaman terhadap diri sendiri (arah, tujuan, dan visi hidup), dan harapan. Namun, merealisasikan mimpi jauh lebih dahsyat daripada sekedar memimpikan sesuatu saja.
Merealisasikan mimpi adalah langkah lanjutan dari bermimpi. Merealisasikan mimpi ibarat langkah praktik (aplikasi) dari teori (mimpi) yang kita dapat. Tanpa praktik, jutaan teori yang ada sedikit pun tidak memiliki makna. Memasuki tahap realisasi mimpi berarti kita telah melewati tahap memahami diri dan merancang mimpi. Merealisasikan mimpi membutuhkan jauh lebih banyak bekal. Keberanian, adalah unsur mutlak di dalamnya. Banyak orang memiliki mimpi, namun hanya sedikit yang berani dan mau merealisasikannya. Berani, berarti telah ada sinyal ‘siap’ yang dipancarkan oleh segenap komponen diri dalam menuju perealisasian mimpi.
Berani sungguh tidak ada maknanya tanpa diiringi dengan upaya memulai. Banyak orang mengatakan bahwa memulai suatu pekerjaan (kebaikan) adalah hal yang paling sulit dilakukan. Namun hal itu tidak berlaku bagi para pengukir kejayaan. Mereka yang memiliki visi dan tujuan yang terarah, mereka yang memiliki mimpi dalam hidupnya, akan segera memulai langkah merealisasikan apa yang menjadi mimpinya. Setiap perjalanan pasti membutuhkan langkah awal. Tidak perlu takut langkah awal itu akan membawa diri pada kegagalan jika telah mantap kesiapan dan tekad diri ini untuk membuat nyata mimpi kita. Melangkahlah, dan kau akan semakin dekat dengan pulau tujuan mimpimu.
Realisasikan mimpimu sesuai dengan yang terdekat kau jangkau. Buatlah daftar pencapaian terdekat hingga terjauh. Hal ini banyak membantu kita untuk bergerak sesuai prioritas. Biarkan dirimu mengendalikan waktu hidupmu, di samping Allah yang Mahakuasa atasnya.
Berfokuslah pada apa yang menjadi mimpimu. Akan banyak hal muncul di tengah perjalanan kita menuju pulau tujuan
impian kita. Kegagalan, menurunnya dukungan sarana-prasarana, merosotnya semangat dan keberanian diri, lingkungan yang tidak lagi mendukung, dan masih banyak lagi. Hal ini akan menyedot perhatian diri dan menjauhkan kita pada kobaran pencapaian mimpi. Saat ini terjadi, berhentilah sejenak. Berhenti di sini bukan berarti mundur atau menjauh.
Berhentilah untuk mengumpulkan apa yang terserak, merefleksikan apa yang nampak. Seperti halnya mesin yang butuh istirahat, kita pun demikian. Kita membutuhkan tenggang yang memberikan kita kesempatan untuk merealisasikan diri.
Apapun mimpimu, mereka tiada pernah dapat terealisasi tanpa dukungan lingkungan di sekitarmu. Carilah partner yang mampu menjadi katalisator dirimu dalam mewujudkan satu per satu mimpimu. Perbanyaklah orang yang mau mendukung dan bergerak bersamamu dalam meraih tujuanmu.
Terpenting, justru apa yang ada di awalnya. Niatkan mimpimu untuk kejayaan agamamu, Islam. Maka mimpimu adalah hakikat tinggi yang layak untuk diperjuangkan, yang pantas untuk disandingkan dengan aktivitas dan usiamu.
Milikilah mimpi, karena ia ibarat nyawa dalam hidup kita. Orang hidup tanpa mimpi akan sangat hampa tanpa makna. Maka, tetaplah jaga kobaran mimpimu. Segeralah songsong hari dengan langkah-langkah pasti untuk merealisasikan apa yang kau impikan. Dan lihatlah bahwa satu demi satu mimpimu akan tercapai.
Seperti halnya kita tak boleh takut dalam bermimpi tinggi, maka demikian juga kita tak boleh takut dalam melangkah untuk merealisasikan mimpi. Sebutlah setiap mimpimu dalam doa dan harapmu. Nyatakan ia juga kepada orang-orang di sekitarmu, agar mereka turut mendoakan ketercapaiannya.
Karena “bukanlah hidup jika tanpa mimpi dan cita-cita”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar