Para sejarawan sepakat bahwa Zamzam adalah minuman Ismail AS dan
ibunya. Akan tetapi, mereka sedikit berbeda pendapat mengenai sebab
munculnya air itu.
Sebagian berpendapat bahwa Ibrahim AS datang membawa Hajar dan
anaknya yang sedang menyusui. Lalu dia meninggalkan mereka dengan
sedikit air.
Ketika air mereka itu habis, Hajar meninggalkan anaknya dan dia mulai
berjalan hingga mencapai puncak bukit Shafa, lalu bergegas menuju ke
puncak bukit Marwa, kalau-kalau dia melihat seseorang untuk dimintai
bantuan.
Hajar melakukan hal itu sebanyak tujuh kali, dan dari tindakannya itulah disunahkan sa’i (berlari kecil) antara Shafa dan Marwa.
Menurut cerita ini, Ismail mulai menjerit-jerit dan menggaruk-garuk
tanah dengan kedua kakinya. Lalu Allah mengalirkan air di bawah kakinya.
Dan ketika Hajar tidak melihat seorang pun dan mengkhawatirkan anaknya
dari serangan binatang buas, dia kembali kepada anaknya. Tiba-tiba, air
itu menyembur dari bawah kedua kakinya, lalu Hajar pun mulai
membatasinya seraya berkata, “Zamzam (berkumpullah)!”
Sedangkan cerita yang lain mengatakan, semula Sarah (istri Ibrahim)
mengalami kemandulan, dan dia mempunyai seorang budak wanita. Kemudian
budak itu dihibahkan kepada Ibrahim dengan syarat dia tidak menyakiti
hatinya. Berikutnya, budak itu (Hajar) mengandung dan melahirkan Ismail.
Demikian pula Sarah, dia melahirkan Ishak.
Setelah keduanya berangkat remaja, keduanya saling berlomba. Dan
Ismail memenangkan perlombaan itu, lalu ayahnya memeluknya sebagai tanda
kerelaan (rida). Kemudian Sarah berkata, “Engkau tahu bahwa aku
mensyaratkan kepadamu agar tidak menyakiti hatiku karenanya, dan apa
yang aku lihat telah menyakitkan hatiku, maka keluarkanlah dia dariku.”
Karena Ibrahim seorang Nabi utusan (Tuhan) yang mengetahui tempat
Baitul Haram, dia membawa anaknya Ismail bersama ibunya dan menempatkan
mereka di dekat Baitullah, lalu dia pergi meninggalkannya.
Namun, tiba-tiba naluri kebapakannya muncul, dan ia pun berkata, “Ya
Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di
lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau
(Baitullah) yang dihormati. Ya, Tuhan kami, (yang demikian itu) agar
mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan,
mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim: 37).
Berikutnya ketika persediaan air mereka telah habis, Hajar berkata,
“Anakku, menjauhlah dariku agar aku tidak melihatmu mati, dan begitu pun
engkau tidak melihatku mati.”
Maka keduanya berpisah. Tetapi kemudian turunlah Jibril AS. Dia
mengibaskan sayapnya ke bumi dan memancarlah air. Kemudian Hajar
bergegas mengumpulkannya.
Dalam konteks ini seorang penyair berkata, “Dia terus-menerus membuat
wadah-wadah untuk menampungnya. Sebab, jika dia tidak melakukannya
niscaya air itu akan mengalir ke mana-mana.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar