Pada saat Hajjaj bin Yusuf sedang duduk menikmati kemegahan
istananya, tiba-tiba didatangkan kepadanya seorang anak kecil. Ketika
dia memasuki istana Hajjaj, dia tidak memedulikan keberadaan Hajjaj. Dia
malah melihat-lihat kemegahan bangunan-bangunan istana yang begitu
mengagumkan. Lalu, terjadi dialog: Hajjaj, “Wahai anak kecil, aku
menilai bahwa kamu pandai dan cerdas, apakah kamu hafal Al-Qur’an?”
Anak
kecil, “Aku takut Al-Qur’an tersia-siakan, karena itu aku
menghafalkannya.” Hajjaj, ”Bacalah beberapa ayat Al-Qur’an.” Lalu, anak
kecil itu membaca surat An-Nashr, mulai dari awal hingga selesai. Namun, pada bacaan ’Yadkhuluna fi Dinillahi Afwaja’, dia menggantinya dengan bacaan ’Yakhruju min Dinillahi Afwaja’ (Mereka keluar dengan berbondong-bondong dari agama Allah).
Sontak Hajjaj kaget seraya berkata, ”Celaka kamu, bukan ’Yakhruju fi Dinillahi’, tapi ’Yadkhuluna fi Dinillahi’.
Anak kecil itu menolaknya seraya berkata, ”Memang, dahulu mereka
berbondong-bondong masuk agama Islam, tapi sekarang berubah, mereka
berbondong-bondong keluar dari agama Islam.
Hajjaj, ”Kenapa begitu?” Anak kecil, ”Karena perbuatanmu yang kejam terhadap mereka.” (Syaikh Nashir Asy-Syafii dalam bukunya Dai-dai Cilik, Kisah Anak Ajaib Penuh Inspirasi).
Kisah
di atas mengingatkan kita tentang kondisi umat Islam saat ini yang
banyak secara jumlah, tetapi sebenarnya sedikit secara kualitas. Karena
itu, ketika anak kecil di atas membaca ayat ’Yadkhuluna fi Dinillahi Afwaja’, dirubah menjadi ’Yakhruju min Dinillahi Afwaja’. Hal ini pun sudah diprediksi sebelumnya oleh Rasulullah SAW.
Diriwayatkan
dari Thauban RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Setelah aku wafat,
setelah lama aku tinggalkan, umat Islam akan lemah. Di atas kelemahan
itu, orang kafir akan menindas mereka bagai orang yang menghadapi piring
dan mengajak orang lain makan bersama.”
Maka para sahabat pun
bertanya, ”Apakah ketika itu umat Islam telah lemah dan musuh sangat
kuat?” Sabda Nabi SAW, ”Bahkan saat itu mereka lebih banyak tetapi tidak
berguna, tidak berarti dan tidak menakutkan musuh. Mereka adalah ibarat
buih di laut.”
Para sahabat bertanya lagi, ”Mengapa sebanyak itu
tetapi seperti buih di laut?” Jawab Rasulullah SAW, ”Karena ada dua
penyakit yang menimpa mereka yaitu penyakit al-Wahn.” Kontan sahabat pun kembali bertanya, ”Apakah itu al-Wahn?” Rasulullah SAW bersabda, ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar