Kelima, adalah kelompok yang menonjol-nonjolkan kemurahan Allah
seraya mengabaikan keadilan-Nya, kemudian berkata kepada dirinya
sendiri, "Ya, apa pun yang kita kerjakan, Allah Maha Pemaaf."
Mereka
tidak berpikir bahwa meskipun Allah itu bersifat pemaaf, beribu-ribu
manusia hancur secara menyedihkan karena kelaparan dan penyakit. Mereka
mengetahui bahwa siapa saja yang menginginkan suatu kehidupan,
kemakmuran atau kepintaran, tidak boleh sekadar berkata, "Tuhan Maha
Pemaaf," tetapi mesti berusaha sendiri dengan keras.
Meskipun al-Qur'an berkata, "Semua makhluk hidup rezkinya datang dari Allah," di sana tertulis pula, "Manusia tidak mendapatkan sesuatu kecuali dengan berusaha."
Kenyataannya adalah, ajaran semacam itu berasal dari setan. Dan
orang-orang seperti itu hanya berbicara dengan bibirnya, tidak dengan
hatinya.
Keenam, adalah kelompok yang mengklaim sebagai telah
mencapai suatu tingkat kesucian tertentu sehingga dosa tidak dapat lagi
memengaruhi mereka. Meski demikian, jika anda perlakukan salah seorang
di antara mereka dengan tidak hormat, dia akan menaruh dendam terhadap
anda selama bertahun-tahun.
Dan jika salah seorang di antara
mereka tidak mendapatkan sebutir makanan yang dia pikir merupakan
haknya, seluruh dunia akan tampak gelap dan sempit baginya. Bahkan, jika
ada di antara mereka benar-benar bisa menaklukkan nafsu-nafsunya,
mereka tidak punya hak untuk membuat klaim semacam itu, mengingat para
nabi—jenis manusia yang tertinggi—terus-menerus mengakui dan meratapi
dosa-dosa mereka. Beberapa di antara mereka mempunyai dosa yang
sedemikian besar, sehingga mereka bahkan menjauhkan diri dari hal-hal
yang halal.
Pernah diriwayatkan dari Nabi SAW, bahwa suatu hari
ketika sebutir kurma dibawa kepadanya, beliau tidak mau memakannya hanya
lantaran tidak yakin bahwa kurma tersebut diperoleh secara halal.
Sementara orang-orang yang berkehidupan bebas ini mau meneguk
berliter-liter anggur dan mengklaim diri lebih unggul dari Nabi yang
kesuciannya diancam oleh sebutir kurma, sementara mereka tidak
terpengaruh oleh anggur sebanyak itu.
Patutlah jika setan
membenamkan mereka ke dalam kehancuran total. Orang-orang suci sejati
mengetahui bahwa orang yang tidak bisa menguasai nafsu-nafsunya tidak
pantas disebut sebagai seorang manusia. Dan bahwa seorang Muslim sejati
adalah orang yang dengan senang hati mau mengakui batas-batas yang
ditetapkan oleh syariah.
Orang yang berupaya dengan dalih apa
pun untuk mengabaikan kewajiban-kewajibannya, sudah jelas berada dalam
pengaruh setan dan harus diajak berbicara tidak dengan sebatang pena,
tapi dengan sebilah pedang.
Para penganut mistik palsu semacam ini kadang-kadang berpura-pura
telah tenggelam di dalam lautan ketakjuban. Tetapi, jika anda bertanya
kepada mereka tentang apa yang mereka takjubkan, mereka tidak tahu.
Mereka mesti disuruh agar takjub semau mereka, tetapi pada saat yang
sama agar mengingat bahwa Yang Maha Kuasa adalah penciptanya, dan bahwa
mereka adalah abdi-abdi-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar