''Kebersihan sebagian dari iman.'' Sabda Rasulullah SAW itu sudah begitu
melekat dalam kehidupan umat Muslim. Memang, dalam Islam, ada standar
higenitas (kesehatan) yang tinggi yang harus diwujudkan secara nyata
dalam keseharian.
Salah satu hal yang senantiasa dianjurkan
Rasulullah terkait kebersihan yakni mengenakan pakaian bersih. Ada dua
tujuan, yakni agar terhindar dari kuman penyakit, serta menampakkan
penampilan menarik.
Berdasarkan riwayat, Nabi SAW tidak
menginginkan seorang Muslim membiarkan dirinya berpakaian kotor serta
lusuh, apalagi dia memiliki sarana untuk membersihkannya. Rasulullah
SAW bersabda, ''Tidak ada sesuatu yang salah dengan memakai dua kain
pada hari Jumat, (yang merupakan) bagian dari pakaian sehari-hari
seseorang.''
Dalam menafsir hadis di atas, Dr Muhammad Ali
al-Hasyimi, mengungkapkan, anjuran itu sudah sangat jelas, bahwa
hendaknya setiap Muslim senantiasa berpakaian bersih dalam rangka
menjaga kesehatan jasmani dan rohani. ''Nabi SAW menganggap berpakaian
yang bersih sebagai sebuah pengungkapan syukur atas rahmat Allah SWT,''
katanya.
Ulama terkemuka, Syekh Yusuf al-Qaradhawi,
menegaskan, Islam meletakkan kesucian (kebersihan) dalam posisi yang
tinggi. Sehingga tidak akan diterima ibadah shalat seseorang sebelum
pakaian, badan dan tempat shalatnya dalam kondisi bersih.
Dijelaskannya,
pada zaman Rasulullah SAW, lingkungan tempat tinggal kaum Muslim masih
lekat dengan suasana pedesaan padang pasir. Sehingga, urusan kebersihan
seakan diremehkan. Lalu, Nabi SAW memberikan bimbingan dan tuntunan
bagi umatnya untuk lebih memerhatikan masalah kebersihan diri.
Jadi,
sambung Syekh al-Qaradhawi, pakaian bukan semata sebagai sarana penutup
aurat, akan tetapi sangat penting untuk merawat kebersihan dan
kesehatan tubuh. ''Sekaligus menjadi penanda kepribadian seseorang,''
ujarnya dalam buku Halal dan Haram dalam Islam.
Dr Muhammad juga berpendapat pakaian yang bersih sekaligus untuk menunjukkan penampilan rapi dan menarik. Diriwayatkan dalam al-Tabqat,
Jundab ibnu Makith RA berkata: bahwa di manapun sebuah delegasi hendak
menemui Rasulullah, beliau akan memakai pakaian terbaiknya. Nabi SAW pun
memerintahkan para sahabat untuk melakukan hal yang sama.
Bahkan,
sejumlah hadis lain menunjukkan Nabi SAW tak sekadar menjaga pakaiannya
tetap bersih, tetapi menambahkann pula dengan wewangian. Maka, tak
heran jika selalu tercium aroma harum dari pakaian dan tubuh beliau.
Imam Bukhari menyebutkan dalam al-Tarikh al-Kabir,
diriwayatkan dari Jabir, bahwa Nabi SAW tidak pernah melewati suatu
tempat kecuali seseorang yang mengikuti beliau akan mengetahui bahwa
beliau berada di sana dari bau (aroma) beliau yang melekat.
Tidak berlebihan
Lebih jauh diuraikan dalam buku Hidup Saleh dengan Nilai Spiritual Islam,
tak pernah Nabi tidak memerhatikan penampilan umatnya. Beliau tidak
pernah melihat seorang yang berpakaian lusuh, kecuali Nabi mengkritiknya
lantaran ketidakpeduliannya terhadap dirinya sendiri.
Oleh
karenanya, umat sebaiknya memeriksakan penampilan diri sebelum bepergian
atau menemui orang lain. Ia hendaknya membuat dirinya terlihat menarik
dan bersih, dengan sikap yang sederhana, karena Nabi SAW membuat diri
beliau enak dilihat di hadapan para sahabat juga keluarganya.
''Wahai
anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki)
masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh Allah
tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.'' (QS: al A'raf [7] : 31).
Atas
petunjuk inilah, Imam Abu Hanifah RA selalu merawat pakaian dengan
baik dan memastikan beliau merasa bersih dan segar. Beliau juga
menganjurkan orang lain untuk melakukan hal serupa.
Pernah suatu
waktu, Imam Abu Hanifah melihat seorang lelaki yang menghadiri majelis
kajiannya dengan berpakaian lusuh dan kotor. Lalu beliau menyuruhnya
menyingkir ke sisi lain dan memberinya uang seribu Dirham untuk membeli
pakaian yang bersih.
Muslim sejati memahami bahwa Islam
menganjurkan untuk berpakaian bersih setiap waktu, terlebih ketika
shalat. Tetapi diingatkan dalam sebuah hadis, Islam pun merupakan agama
yang memberi peringatan atas sikap berlebihan dalam hal itu, dan
mengatakan kepadanya untuk menghindari perbudakan oleh penampilannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar