Islam adalah
agama yang memiliki syariat yang indah. Faedah dan pahala melaksanakan syariat
Allah akan kembali pada umatnya. Di antara syariat Islam yang indah itu adalah
wudhu. Wudhu disyariatkan ketika seseorang akan melaksanakan shalat, thawaf di
Baitullah dan menyentuh mushaf serta ibadah lainnya.
Di dalam wudhu
terkandung sebuah hikmah yang mengisyaratkan kepada kita bahwa hendaknya
seorang muslim memulai ibadah dan kehidupannya dengan kesucian lahir dan batin.
Sebab asal kata ini sendiri berasal dari kata yang mengandung makna kebersihan
dan keindahan ( الحسن والنظافة ) sebagaimana yang dijelaskan para
ahli bahasa Arab. [Lihat An-Nihayah (5/428), dan Ash-Shihhah
(2/282)]
Syari’at
Kesucian ini mengumpulkan banyak hikmah, faedah, dan fadhilah (keutamaan) yang
menjelaskan urgensi dan kedudukannya di sisi Allah -Azza wa Jalla-. Sebab suatu
amalan jika memiliki banyak faedah dan fadhilah, maka tentunya karena memiliki
makanah aliyah (kedudukan tinggi).
Wudhu’
disyari’atkan bukan hanya ketika kita hendak beribadah, bahkan juga
disyari’atkan dalam seluruh kondisi. Oleh karena itu, seorang muslim dianjurkan
agar selalu berada dalam kondisi bersuci (wudhu’) sebagaimana yang dahulu yang
dilazimi oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dan para sahabatnya yang
mulia. Mereka senantiasa berwudhu, baik dalam kondisi senang atau dalam kondisi
susah dan kurang menyenangkan (seperti, saat musim hujan dan musim dingin).
Kebiasaan
berwudhu’ ini butuh kepada kesabaran tinggi, sebab kita terkadang terserang
perasaan malas. Perasaan malas ini akan hilang –Insya Allah- saat kita
mengetahui keutamaan wudhu’.
Diantara
keutamaan-keutamaan wudhu’ yang terdapat dalam Kitabullah dan Sunnah shohihah
dari Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- :
Syarat Memasuki Sholat
Seorang ketika
hendak memasuki sebuah rumah atau gedung, maka ia akan melewati pintu-pintu
yang ada padanya. Pintu ini biasanya tak bisa dilewati, kecuali seseorang
memiliki kunci untuk membuka pintu-pintu itu. Sebelum seseorang masuk ke dalam
rumah tersebut, maka ada syarat yang harus dipenuhi. Demikianlah perumpamaan
wudhu’ bagi sholat; seorang tak mungkin akan masuk dalam sebuah sholat, kecuali
ia memenuhi syarat-syarat sholat, seperti wudhu’.
Oleh karena itu,
Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
"Hai
orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki". (QS. Al-Maa’idah: 6)
Jadi, jika
seseorang hendak sholat, maka syaratnya harus berwudhu’ sebagaimana yang
dijelaskan oleh Allah -Azza wa Jalla- dalam ayat ini dan diterangkan oleh Nabi
-Shallallahu alaihi wa sallam- dalam sunnahnya.
Bila seorang
yang masuk dalam sholat, tanpa wudhu’, maka sholatnya tak akan diterima, bahkan
tak sah, sebab wudhu’ adalah syarat sahnya wudhu’, dan tercapainya pahala
sholat. Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
لاَ تُقْبَلُ صَلاَةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى
يَتَوَضَّأَ
"Tak akan
diterima sholatnya orang yang ber-hadats sampai ia berwudhu’" . [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya
(135 & 6954), dan Muslim dalam Shohih-nya (536)]
Al-Hafizh Ibnu
Hajar Al-Asqolaniy -rahimahullah- berkata saat menjelaskan beberapa faedah dari
hadits ini, "Hadits ini dijadikan dalil tentang batalnya sholat disebabkan
oleh hadats (seperti, kentut, buang air, junub dan lainnya), baik hadats itu
keluar karena pilihan (sadar), maupun terpaksa". [Lihat Fathul Bari Syarh
Shohih Al-Bukhoriy (1/309), tahqiq Ali Asy-Syibl, cet. Darus Salam, 1421 H]
Penghapus Dosa Kecil & Pengangkat Derajat
Wudhu adalah
amalan ringan, tapi pengaruhnya ajaib dan luar biasa. Selain menghapuskan dosa
kecil, wudhu’ juga mengangkat derajat dan kedudukan seseorang dalam surga.
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو
اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ
اللَّهِ قَالَ إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى
الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَذَلِكُمْ الرِّبَاطُ
"Maukah
kalian aku tunjukkan tentang sesuatu (amalan) yang dengannya Allah menghapuskan
dosa-dosa, dan mengangkat derajat-derajat?" Mereka berkata, "Mau,
wahai Rasulullah!!" Beliau bersabda, "(Amalan itu) adalah
menyempurnakan wudhu’ di waktu yang tak menyenangkan, banyaknya langkah menuju
masjid, dan menunggu sholat setelah menunaikan sholat. Itulah pos
penjagaan". [HR. Muslim (586)]
Abul Hasan
As-Sindiy -rahimahullah- berkata saat menjelaskan amalan-amalan yang terdapat
dalam hadits ini, "Amalan-amalan ini akan menutup pintu-pintu
setan dari dirinya, menahan jiwanya dari nafsu syahwatnya, permusuhan jiwa, dan
setan sebagaimana hal ini tak lagi samar. Inilah jihad akbar (besar) yang
terdapat pada dirinya. Jadi, setan adalah musuh yang paling berat baginya".
[Lihat Hasyiyah As-Sindiy ala Sunan An-Nasa'iy (1/114)]
Jadi, seorang
yang melazimi amalan-amalan tersebut dianggap telah melakukan pertahanan untuk
menutup pintu-pintu setan. Barangsiapa yang ingin dijauhkan dari setan, maka
hendaknya ia melazimi wudhu’, menghadiri sholat jama’ah, dan bersabar menunggu
sholat jama’ah lainnya.
Tanda Pengikut Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-.
Nabi
-Shallallahu alaihi wa sallam- telah mengabarkan kepada kita bahwa beliau akan
mengenali ummatnya di Padang Mahsyar dengan adanya cahaya pada anggota tubuh
mereka, karena pengaruh wudhu’ mereka ketika di dunia.
تَبْلُغُ الْحِلْيَةُ مِنْ الْمُؤْمِنِ حَيْثُ
يَبْلُغُ الْوَضُوءُ
"Perhiasan
(cahaya) seorang mukmin akan mencapai tempat yang dicapai oleh wudhu’nya".
[Muslim dalam
Ath-Thoharoh, bab: Tablugh Al-Hilyah haits Yablugh Al-Wudhu' (585)]
Dari Abu
Hurairah -radhiyallahu anhu- berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَى الْمَقْبُرَةَ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ
قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ وَدِدْتُ
أَنَّا قَدْ رَأَيْنَا إِخْوَانَنَا قَالُوا أَوَلَسْنَا إِخْوَانَكَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ قَالَ أَنْتُمْ أَصْحَابِي وَإِخْوَانُنَا الَّذِينَ لَمْ يَأْتُوا بَعْدُ
فَقَالُوا كَيْفَ تَعْرِفُ مَنْ لَمْ يَأْتِ بَعْدُ مِنْ أُمَّتِكَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ فَقَالَ أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ رَجُلًا لَهُ خَيْلٌ غُرٌّ مُحَجَّلَةٌ
بَيْنَ ظَهْرَيْ خَيْلٍ دُهْمٍ بُهْمٍ أَلَا يَعْرِفُ خَيْلَهُ قَالُوا بَلَى يَا
رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِنَّهُمْ يَأْتُونَ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ الْوُضُوءِ
وَأَنَا فَرَطُهُمْ عَلَى الْحَوْضِ أَلَا لَيُذَادَنَّ رِجَالٌ عَنْ حَوْضِي
كَمَا يُذَادُ الْبَعِيرُ الضَّالُّ أُنَادِيهِمْ أَلَا هَلُمَّ فَيُقَالُ
إِنَّهُمْ قَدْ بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا
"Rasulullah
-Shallallahu alaihi wa sallam- pernah mendatangi pekuburan seraya bersabda,
"Semoga keselamatan bagi kalian wahai rumah kaum mukminin. Aku sangat
ingin melihat saudara-saudara kami". Mereka (para sahabat) berkata,
"Bukankah kami adalah saudara-saudaramu wahai Rasulullah?" Beliau
bersabda, "Kalian adalah para sahabatku. Sedang saudara kami adalah
orang-orang yang belum datang berikutnya". Mereka berkata, "Bagaimana
anda mengenal orang-orang yang belum datang berikutnya dari kalangan umatmu
wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Bagaimana pandanganmu jika
seseorang memiliki seekor kuda yang putih wajah, dan kakinya diantara kuda yang
hitam pekat. Bukankah ia bisa mengenal kudanya". Mereka berkata,
"Betul, wahai Rasulullah". Beliau bersabda, "Sesungguhnya mereka
(umat beliau) akan datang dalam keadaan putih wajah dan kakinya karena wudhu’.
Sedang aku akan mendahului mereka menuju telaga. Ingatlah, sungguh akan terusir
beberapa orang dari telagaku sebagaimana onta tersesat terusir. Aku memanggil
mereka, "Ingat, kemarilah!!" Lalu dikatakan (kepadaku),
"Sesungguhnya mereka melakukan perubahan setelahmu". Lalu aku
katakan, "Semoga Allah menjauhkan mereka". [HR. Muslim dalam Ath-Thoharoh,
bab: Istihbab Itholah Al-Ghurroh (583)]
Seorang muslim
akan dikenali oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dengan cahaya pada wajah
dan tangannya. Maka hendaknya setiap orang diantara kita menjaga cahaya ini
dengan menjaga wudhu, dan sholat. Abdur Ra’uf Al-Munawiy -rahimahullah-
berkata, "Barangsiapa yang lebih banyak sujudnya atau wudhu’nya di dunia,
maka wajahnya nanti akan lebih bercahaya dan lebih berseri dibandingkan selain
dirinya. Maka mereka (kaum mukminin) nanti disana akan bertingkat-tingkat
sesuai besarnya cahaya". [Lihat Faidhul Qodir (2/232)]
Separuh Iman
Seorang tak akan
meraih pahala sholat, selain ia melakukan wudhu’, lalu mengerjakan sholat.
Jadi, wudhu’ ibaratnya separuh dari iman (yakni, sholat). Ini menunjukkan
kepada kita tentang ketinggian nilai dan manzilah wudhu’ di sisi Allah -Azza wa
Jalla-. Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ تَمْلَأُ الْمِيزَانَ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَآَنِ
أَوْ تَمْلَأُ مَا بَيْنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالصَّلَاةُ نُورٌ
وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ
عَلَيْكَ كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَايِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ
مُوبِقُهَا
"Bersuci
(wudhu’) adalah separuh iman. Alhamdulillah akan memenuhi mizan (timbangan).
Subhanallah wal hamdulillah akan memenuhi antara langit dan bumi. Sholat adalah
cahaya. Shodaqoh adalah tanda. Kesabaran adalah sinar. Al-Qur’an adalah hujjah
(pembela) bagimu atau hujatan atasmu. Setiap orang keluar di waktu pagi; maka
ada yang menjual dirinya, lalu membebaskannya atau membinasakannya". [Muslim dalam Ath-Thoharoh, bab:
Fadhl Ath-Thoharoh (533)]
Al-Hafizh Ibnu
Rojab -rahimahullah- berkata, "Jika wudhu’ bersama dua kalimat syahadat
mengharuskan terbukanya pintu surga, maka wudhu menjadi separuh iman kepada
Allah dan Rasul-Nya menurut tinjauan ini. Juga wudhu’ termasuk cabang-cabang
keimanan yang tersembunyi yang tak akan dilazimi, kecuali seorang mukmin".
[Lihat Iqozhul Himam (hal. 329)]
Jalan Menuju Surga
Jalan-jalan
surga telah dimudahkan oleh Allah -Azza wa Jalla- bagi orang yang Allah berikan
taufiq dan hidayah. Perhatikan Bilal bin Robah -radhiyallahu anhu-, beliau
mendapatkan kabar gembira bahwa ia termasuk penduduk surga, sebab ia telah
berusaha menapaki sebuah jalan diantara jalan-jalan surga. Dengarkan kisahnya
dari Abu Hurairah -radhiyallahu anhu-, ia berkata,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ لِبِلَالٍ عِنْدَ صَلَاةِ الْفَجْرِ يَا بِلَالُ حَدِّثْنِي
بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي الْإِسْلَامِ فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ
بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ قَالَ مَا عَمِلْتُ عَمَلًا أَرْجَى عِنْدِي أَنِّي
لَمْ أَتَطَهَّرْ طَهُورًا فِي سَاعَةِ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ إِلَّا صَلَّيْتُ
بِذَلِكَ الطُّهُورِ مَا كُتِبَ لِي أَنْ أُصَلِّيَ
"Nabi
-Shallallahu alaihi wa sallam- pernah bersabda kepada Bilal ketika sholat
Fajar, "Wahai Bilal, ceritakan kepadaku tentang amalan yang paling engkau
harapkan yang pernah engkau amalkan dalam Islam, karena sungguh aku telah
mendengarkan detak kedua sandalmu di depanku dalam surga". Bila berkata,
"Aku tidaklah mengamalkan amalan yang paling aku harapkan di sisiku. Cuma
saya tidaklah bersuci di waktu malam atau siang, kecuali aku sholat bersama
wudhu’ itu sebagaimana yang telah ditetapkan bagiku". [HR.
Al-Bukhoriy dalam Al-Jum'ah, Bab: Fadhl Ath-Thoharoh fil Lail wan Nahar
(1149), dan Muslim (6274)]
Hadits ini
menunjukkan kepada kita bahwa berwudhu’ lalu sholat sunnah setelahnya merupakan
amalan yang berpahala besar. Ibnul Jauziy -rahimahullah- berkata, "Di
dalam hadits ini terdapat anjuran untuk melakukan sholat usai berwudhu’ agar
wudhu tidak kosong (terlepas) dari maksudnya". [Lihat Fathul Bari (4/45)]
Pelepas Ikatan Setan
Setan senantiasa
mengintai dan mengawasi kita. Bahkan ia selalu mencari jalan untuk menjauhkan
kita dari kebaikan yang telah digariskan oleh Allah dan rasul-Nya. Diantara
makar setan, ia membuat buhul pada seorang diantara kita saat kita tidur agar
kita berat bangun beribadah. Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-
bersabda,
يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ
أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ
لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ
عُقْدَةٌ فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ
فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلَّا أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ
كَسْلَانَ
"Setan
membuat tiga ikatan pada tengkuk seorang diantara kalian jika ia tidur. Setan
akan memukul setiap ikatan itu (seraya membisikkan), "Bagimu malam yang
panjang, maka tidurlah". Jika ia bangun seraya menyebut Allah (berdzikir),
maka terlepaslah sebuah ikatan. Jika ia berwudhu’, maka sebuah ikatan yang lain
terlepas. Jika ia sholat, maka sebuah ikatan akan terlepas lagi. Lantaran itu,
ia akan menjadi bersemangat lagi baik jiwanya. Jika tidak demikian, maka ia
akan jelek jiwanya lagi malas". [HR. Al-Bukhoriy (1142 & 3269) dan Muslim (1816)]
Al-Qodhi Abul
Walid Sulaiman bin Kholaf Al-Bajiy -rahimahullah- berkata, "Nabi
-Shallallahu alaihi wa sallam- memaksudkan dengan hadits ini bahwa dengan
dzikrullah, wudhu’, dan sholat, maka semua ikatan (buhul) setan akan terlepas,
dan seorang muslim akan selamat dari makar setan, dan keburukan buhul-buhulnya.
Lantaran itu, ia akan bersemangat di waktu pagi, (sedang ia telah terlepas
darinya buhul-buhul yang telah membuat dirinya malas), dan jiwanya menjadi baik
dengan sebab amalan kebajikan yang ia lakukan semalam". [Lihat Al-Muntaqo
(1/434) karya Al-Bajiy]
Para pembaca
budiman, inilah beberapa buah petikan fadhilah dan keutamaan wudhu. Semoga
menjadi pendorong bagi kita semua untuk melazimi wudhu’ demi meraih
keutamaann-keutamaan tersebut di atas. Kami memohon kepada Allah agar Dia menjadikan
kita sebagai ummat Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- yang dikenali dengan
cahaya wudhu’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar